Harga Emas Anjlok! Saham Tambang Terpukul, Peluang atau Risiko?

H Anhar

Heyyoyo.com – Portal Teknologi, Review, Otomotif, Finansial JAKARTA. Harga emas dunia menunjukkan pelemahan signifikan, meluncur di bawah ambang batas US$4.000 per ons pada perdagangan Selasa (4/11/2025). Penurunan ini sebagian besar dipicu oleh meredupnya harapan pasar akan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed).

Keraguan pasar tersebut diperkuat oleh pernyataan tiga pejabat The Fed pada Senin (3/11/2025), yang secara terbuka menyangsikan potensi pelonggaran kebijakan moneter tambahan pada bulan berikutnya. Mereka beralasan bahwa tekanan inflasi masih menjadi ancaman utama, meskipun data pasar tenaga kerja AS menunjukkan indikasi pelemahan.

Pernyataan para pejabat tersebut, sebagaimana dikutip dari tradingeconomics, datang tak lama setelah The Fed melakukan pemangkasan suku bunga pekan lalu. Kala itu, Ketua The Fed Jerome Powell mengisyaratkan bahwa penurunan tersebut kemungkinan besar akan menjadi yang terakhir untuk tahun ini, sebuah pandangan yang kini semakin diperkuat oleh sentimen hawkish terbaru.

Akibatnya, ekspektasi pasar terhadap peluang pemangkasan suku bunga pada Desember anjlok drastis menjadi 65%, dari angka lebih dari 90% yang sempat diperkirakan sepekan sebelumnya. Pergeseran sentimen ini mencerminkan kegelisahan investor terhadap prospek kebijakan moneter The Fed.

Dalam kondisi ketidakpastian ini, para investor kini mengalihkan fokus mereka. Mereka dengan cermat menantikan rilis data ketenagakerjaan sektor swasta AS yang dijadwalkan pekan ini, berharap mendapatkan sinyal yang lebih jelas mengenai langkah selanjutnya dari bank sentral.

Harga Emas Antam Hari Ini, Selasa (4/11), Naik Rp 8.000 Jadi Rp 2.286.000 Per Gram

Tak hanya itu, permintaan emas sebagai aset safe haven turut merosot seiring dengan meredanya ketegangan geopolitik. Penurunan ini menyusul tercapainya kesepakatan antara Amerika Serikat dan China untuk memperpanjang gencatan tarif, melonggarkan kontrol ekspor, serta mengurangi berbagai hambatan perdagangan lainnya, menciptakan iklim ekonomi global yang lebih stabil.

Di sisi lain, kebijakan domestik di China, salah satu pasar emas terbesar di dunia, juga menambah dinamika tersendiri. Langkah Beijing untuk menghapus insentif pajak penjualan emas yang telah berlaku lama diperkirakan akan memicu kenaikan harga emas di dalam negeri, namun pada saat yang sama berpotensi menekan permintaan secara keseluruhan.

Saham Emiten Tambang Emas Kompak Melemah

Seirama dengan koreksi harga emas global, kinerja saham-saham emiten tambang emas yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga terpantau loyo pada penutupan perdagangan Selasa (4/11/2025). Sentimen negatif ini memberikan tekanan pada sektor pertambangan logam mulia di pasar domestik.

Hingga akhir sesi perdagangan pukul 16:00 WIB, sebagian besar saham perusahaan tambang emas seperti ANTM, BRMS, PSAB, ARCI, AMMN, dan UNTR terpantau bergerak di zona merah. Hanya saham MDKA yang berhasil mempertahankan posisinya dan bergerak stagnan.

Di antara emiten yang tertekan, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengalami penurunan harga paling signifikan. Sementara itu, PT United Tractors Tbk (UNTR) menjadi yang paling resilien dengan mencatat pelemahan paling ringan.

Emas Bertahan di Sekitar US$ 4.000, Pasar Tunggu Sinyal Baru dari The Fed

Berikut ringkasan kinerja saham emiten tambang emas pada perdagangan hari ini:

  • PT Aneka Tambang Tbk (ANTM): Harga ditutup pada Rp 2.960 per saham, anjlok 4,82% dari penutupan Senin (3/11). Saham ini sempat mencapai puncak Rp 3.110 sebelum kembali terkoreksi tajam.

  • PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA): Berhasil bertahan stagnan di Rp 2.420 per saham (0,00%) dibandingkan hari sebelumnya, setelah sempat menyentuh level tertinggi Rp 2.450.

  • PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS): Terkoreksi 4,62% dan ditutup di harga Rp 930 per saham.

  • PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB): Menutup perdagangan di Rp 560, melemah 2,61% dari penutupan sebelumnya.

  • PT Archi Indonesia Tbk (ARCI): Tergelincir 4,13% menjadi Rp 1.160 per saham.

  • PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN): Melemah 1,07% ke level Rp 6.950 per saham, setelah sebelumnya sempat menembus angka Rp 7.100.

  • PT United Tractors Tbk (UNTR): Menunjukkan koreksi paling moderat, turun tipis 0,27% ke Rp 27.200 per saham, dari penutupan sebelumnya di Rp 27.275.

Ringkasan

Harga emas dunia mengalami pelemahan signifikan di bawah US$4.000 per ons pada 4 November 2025. Penurunan ini dipicu oleh meredupnya harapan pasar akan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve Amerika Serikat. Pejabat The Fed menyangsikan pelonggaran kebijakan moneter tambahan karena tekanan inflasi, sehingga ekspektasi pemangkasan suku bunga pada Desember anjlok drastis menjadi 65%.

Selain itu, permintaan emas sebagai aset safe haven juga merosot seiring meredanya ketegangan geopolitik dan kesepakatan antara AS dan China. Seirama dengan koreksi harga emas global, saham-saham emiten tambang emas di Bursa Efek Indonesia terpantau kompak melemah. Mayoritas emiten seperti ANTM, BRMS, PSAB, ARCI, AMMN, dan UNTR bergerak di zona merah, dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengalami penurunan harga paling signifikan.

Also Read

[addtoany]

Tags