JAKARTA – Pasar saham Asia menghadapi tekanan jual signifikan pada perdagangan Rabu (5/11/2025), dipicu oleh kekhawatiran yang kian memuncak terkait valuasi saham berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dinilai telah mencapai level terlalu tinggi. Kondisi ini memicu aksi koreksi tajam di berbagai indeks regional, menandai berakhirnya periode euforia.
Indeks KOSPI Korea Selatan menjadi salah satu yang terpukul paling parah, anjlok hingga 6,2%. Penurunan drastis ini merupakan yang terdalam sejak Agustus 2024. Senada, indeks saham emerging market Asia juga merosot 2,6%, kinerja terburuk yang tercatat sejak April, menunjukkan luasnya dampak tekanan jual di seluruh kawasan.
Koreksi ini semakin diperparah setelah para eksekutif puncak dari institusi finansial raksasa, Morgan Stanley dan Goldman Sachs, secara terbuka menyuarakan keraguan mereka mengenai keberlanjutan valuasi tinggi pada saham-saham teknologi global. Pernyataan tersebut segera memicu aksi ambil untung besar-besaran, memperburuk sentimen pasar yang sebelumnya sudah rapuh akibat koreksi tajam di pasar kripto.
Menjelaskan fenomena ini, Jon Withaar, Senior Portfolio Manager di Pictet Asset Management, Singapura, mengungkapkan, “Investor ritel dan hedge fund sangat terekspos pada posisi beli di saham teknologi secara global. Komentar negatif terkait valuasi yang ditambah dengan koreksi tajam di aset digital secara efektif memicu kepanikan di pasar.”
Pasar Korea Selatan, yang sebelumnya sempat melonjak impresif 20% sejak awal Oktober, kini berbalik arah dengan tajam. Saham-saham unggulan sektor semikonduktor, seperti Samsung Electronics dan SK Hynix, masing-masing merosot antara 8% hingga 9%. Khususnya, kinerja Samsung Electronics membukukan pelemahan terburuknya dalam 15 bulan terakhir. Tak hanya itu, nilai tukar mata uang won ikut tertekan, melemah 0,6% dan menyentuh posisi terendah sejak pertengahan April.
Di wilayah Taiwan, indeks acuan juga tidak luput dari tekanan, terkoreksi 2,6%. Penurunan ini menjadi yang terburuk dalam tiga pekan terakhir, setelah sebelumnya menikmati reli lebih dari 10% sepanjang Oktober yang didorong oleh euforia terhadap saham-saham AI. Sejalan dengan pasar ekuitas, dolar Taiwan terus melemah selama enam sesi berturut-turut, mencapai level terendah sejak awal Mei.
Gelombang tekanan jual juga merambah kawasan Asia Tenggara. Indeks FTSE Straits Times Singapura terpantau turun 1%, terseret oleh pelemahan saham-saham perbankan besar seperti DBS Group, OCBC, dan United Overseas Bank yang masing-masing terkoreksi antara 0,5% hingga 1,6%. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia dan KLCI Malaysia masing-masing melemah sekitar 0,5%, dengan indeks acuan Filipina juga jatuh 1%.
Di sisi pasar obligasi, imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun Indonesia sedikit turun ke level 6,153%. Data ekonomi lainnya menunjukkan inflasi tahunan Filipina tercatat sebesar 1,7% pada Oktober. Untuk Malaysia, hasil jajak pendapat Reuters mengindikasikan bahwa bank sentralnya diperkirakan akan menahan suku bunga acuan di level 2,75% hingga tahun 2026.
Gejolak yang melanda pasar saham Asia ini secara jelas menunjukkan meningkatnya sensitivitas investor terhadap isu valuasi setelah periode reli panjang yang kokoh, terutama ditopang oleh ekspektasi pertumbuhan pesat di sektor teknologi. Tekanan jual yang terjadi saat ini menandai masuknya fase konsolidasi baru, di mana para pelaku pasar kini semakin berhati-hati dan waspada terhadap potensi koreksi lebih dalam di tengah ketidakpastian arah suku bunga global.
Ringkasan
Pasar saham Asia mengalami tekanan jual signifikan pada Rabu (5/11/2025), dipicu kekhawatiran valuasi saham berbasis AI yang dinilai terlalu tinggi. Kondisi ini menyebabkan koreksi tajam di berbagai indeks regional, menandai berakhirnya periode euforia. Indeks KOSPI Korea Selatan terpukul paling parah, anjlok 6,2%, sementara indeks emerging market Asia merosot 2,6%.
Koreksi pasar diperparah oleh keraguan eksekutif Morgan Stanley dan Goldman Sachs terhadap valuasi tinggi saham teknologi global, serta koreksi pasar kripto. Saham semikonduktor Korea seperti Samsung Electronics dan SK Hynix merosot tajam, dan won melemah. Tekanan jual meluas ke Taiwan serta bursa Asia Tenggara, menunjukkan sensitivitas investor terhadap valuasi dan potensi koreksi lebih lanjut.





