
Heyyoyo.com – Portal Teknologi, Review, Otomotif, Finansial
NEW YORK – Bursa saham Wall Street kembali menunjukkan kekuatannya yang mengesankan, dengan tiga indeks utama berhasil mencetak rekor penutupan tertinggi untuk hari kedua berturut-turut. Kinerja perkasa ini juga diiringi oleh volume perdagangan yang melonjak signifikan, mencapai level tertinggi sejak April 2025, menandakan antusiasme investor yang tinggi.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 19 September 2025, Dow Jones Industrial Average ditutup naik 172,85 poin atau 0,37%, mencapai posisi 46.315,27. Indeks S&P 500 juga menguat 32,40 poin atau 0,49%, berakhir di 6.664,36, sementara indeks Nasdaq Composite mencatat kenaikan solid 160,75 poin atau 0,72% ke level 22.631,48.
Optimisme pasar tercermin dari penguatan tujuh dari 11 indeks sektoral pada S&P 500. Namun, di tengah gelombang hijau, saham energi justru mengalami koreksi terbesar pada sesi perdagangan kali ini, menunjukkan pergerakan sektor yang beragam.
Secara keseluruhan dalam sepekan, performa Wall Street sangat positif. Indeks S&P 500 melonjak 1,2%, Nasdaq menguat 2,2%, dan Dow Jones naik 1,05%. Kenaikan ini menandai minggu ketiga berturut-turut bagi S&P 500 dan Nasdaq, yang didorong oleh keputusan Federal Reserve untuk melakukan pemangkasan suku bunga pertama di tahun 2025 pada hari Rabu lalu, serta isyarat pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut yang dinanti-nantikan pasar.
Berbeda dengan indeks utama, Indeks Russell 2000 yang mewakili saham-saham berkapitalisasi kecil justru mengalami penurunan 0,71% pada hari Jumat, meskipun sebelumnya sempat mencapai rekor tertinggi intraday. Indeks ini sendiri baru saja mencetak rekor penutupan pada hari Kamis, yang merupakan capaian pertama sejak November 2021.
Volume perdagangan di bursa saham AS pada hari Jumat tercatat sangat tinggi, mencapai 27,78 miliar saham. Angka ini jauh melampaui rata-rata harian 20 hari perdagangan terakhir yang berada di 17,41 miliar saham. Tingginya volume perdagangan ini sejalan dengan gejolak pasar yang pernah terjadi di awal April, yang kala itu memecahkan rekor volume perdagangan AS setelah pengumuman tarif oleh Presiden AS Donald Trump.
Sejumlah saham individu turut berkontribusi pada penguatan pasar. Saham perusahaan pengiriman paket FedEx melonjak 2,3% setelah melaporkan laba dan pendapatan kuartalan yang melampaui ekspektasi analis pada hari Kamis. Keberhasilan ini didorong oleh strategi pemangkasan biaya yang efektif dan penguatan pengiriman domestik, yang berhasil mengimbangi volume internasional yang lebih lemah.
Di sektor teknologi, saham Apple juga melonjak 3,2% setelah J.P. Morgan menaikkan target harganya. Selain itu, penguatan saham Palantir Technologies dan Oracle turut mendorong sektor teknologi di indeks S&P 500 naik 1,19%, menunjukkan kepercayaan investor pada prospek jangka panjang sektor ini.
Pergerakan Wall Street di awal perdagangan sempat berfluktuasi karena investor terus mencerna prospek kebijakan Federal Reserve. Perhatian juga tertuju pada Stephen Miran, gubernur terbaru dan penasihat ekonomi Gedung Putih, yang memberikan pidato di CNBC pada Jumat pagi. Komentar para pejabat dan indikasi kebijakan menjadi faktor krusial bagi sentimen pasar.
“Tentu saja, jika The Fed bergerak ke arah pelonggaran target inflasi, itu jelas merupakan resep untuk penguatan, dan itu bagus untuk saham,” ujar Scott Ladner, Kepala Investasi di Horizon Investments, menjelaskan dampak positif dari kebijakan moneter akomodatif.
Ladner juga menambahkan perspektif mengenai saham berkapitalisasi kecil. “Saham-saham berkapitalisasi kecil diperdagangkan secara terbalik dengan suku bunga, dan ini hanyalah gagasan bahwa saham-saham berkapitalisasi kecil diuntungkan secara tidak proporsional dari suku bunga yang lebih rendah,” jelasnya, menyoroti mengapa pelonggaran suku bunga seringkali menjadi dorongan besar bagi segmen pasar ini.
Di luar dinamika pasar domestik, perhatian juga tertuju pada perkembangan geopolitik. Presiden Trump dan Presiden China Xi Jinping dilaporkan telah berbicara melalui telepon, setelah itu Trump menyatakan kemajuan dalam kesepakatan TikTok dan kesepakatan untuk bertemu langsung paling cepat bulan depan di Korea Selatan. Perkembangan ini dapat memengaruhi sentimen investor terhadap hubungan dagang global.
Namun, ada pula potensi hambatan domestik, di mana Senat pada hari Jumat memblokir RUU pendanaan jangka pendek. Keputusan ini meningkatkan kemungkinan terjadinya penutupan pemerintah AS, sebuah peristiwa yang dapat menimbulkan ketidakpastian dan berdampak negatif pada pasar.
Meskipun bulan September secara tradisional dianggap sebagai bulan yang kurang menguntungkan bagi ekuitas AS, tiga indeks utama Wall Street justru berada di zona positif sejauh ini. Hal ini menjadi catatan menarik mengingat rata-rata indeks acuan S&P 500 telah merosot 1,4% dalam sebulan sejak tahun 2000, menurut data yang dikumpulkan oleh LSEG.
Di antara berita saham lainnya, saham pengembang perumahan Lennar turun 4,2% setelah melaporkan laba kuartal ketiga yang lebih rendah dari perkiraan dan proyeksi pengiriman rumah kuartal keempat di bawah ekspektasi pasar. Kondisi sektor perumahan masih menghadapi tantangan.
Sementara itu, saham Paramount Skydance melonjak 5,9% menyusul laporan CNBC yang memaparkan detail lebih lanjut mengenai potensi tawaran perusahaan media tersebut untuk Warner Bros Discovery, yang juga naik 3,4%. Meskipun demikian, penawaran tersebut mungkin akan datang lebih lambat dari perkiraan awal, seperti dilaporkan oleh CNBC.
Ringkasan
Bursa saham Wall Street kembali menunjukkan kekuatan impresifnya pada Jumat, 19 September 2025, dengan tiga indeks utama—Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq Composite—mencetak rekor penutupan tertinggi untuk hari kedua berturut-turut. Kinerja ini didorong oleh keputusan Federal Reserve memangkas suku bunga pertamanya di tahun 2025 dan antisipasi pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut, yang turut memicu volume perdagangan signifikan.
Pada penutupan perdagangan, Dow Jones naik 0,37%, S&P 500 menguat 0,49%, dan Nasdaq Composite melonjak 0,72%. Secara mingguan, S&P 500 dan Nasdaq mencatat kenaikan ketiga berturut-turut, meskipun indeks Russell 2000 justru melemah pada hari Jumat. Saham seperti FedEx dan Apple berkontribusi positif di tengah berbagai faktor pasar.





