Heyyoyo.com – Portal Teknologi, Review, Otomotif, Finansial – JAKARTA. Kabar baik bagi investor saham perbankan! Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 18-19 November 2025, menjadi angin segar bagi sektor ini.
Keputusan BI ini sontak memicu reaksi positif di pasar modal. Saham-saham bank berkapitalisasi besar atau yang dikenal dengan istilah big banks menunjukkan tren stabil dan cenderung menguat pada penutupan perdagangan Rabu (19/11/2025).
Sebagai gambaran, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengalami kenaikan sebesar 0,89% menjadi Rp 8.475. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga mencatatkan kenaikan sebesar 0,76% menjadi Rp 4.000, sementara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melonjak lebih tinggi dengan kenaikan 1,25% menjadi Rp 4.850.
Layanan QRIS Tap Mulai Banyak Digunakan Masyarakat, Transaksi Capai Rp 13,8 Miliar
Di sisi lain, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terpantau stabil di level Rp 4.850.
Menurut Hendra Wardana, pengamat pasar modal sekaligus founder Republik Investor, keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan mengirimkan sinyal positif tentang stabilitas kebijakan moneter di tengah ketidakpastian ekonomi global. Lebih lanjut, Hendra menjelaskan bahwa bagi saham big banks, hal ini menjadi katalis netral hingga positif karena memungkinkan bank untuk menjaga biaya dana (cost of fund/COF) tetap terkendali.
“Dengan terjaganya COF, margin bunga bersih bank tidak akan tertekan. Hal ini sekaligus mempertahankan loyalitas kreditur di tengah momentum pemulihan aktivitas konsumsi dan pembiayaan korporasi,” ungkap Hendra kepada Kontan, Rabu (19/11/2025).
Selain itu, data menggembirakan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa penyaluran kredit telah tumbuh 7,7% secara tahunan (year-on-year/YoY), menembus angka Rp 8.060 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan kredit dari masyarakat dan dunia usaha masih dalam kondisi yang sehat.
Kenaikan penyaluran kredit ini, menurut Hendra, menjadi sinyal bahwa potensi pendapatan bunga (interest income) pada kuartal IV berpeluang membaik dibandingkan kuartal III-2025 yang cenderung lesu akibat perlambatan ekonomi dan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Dengan pulihnya permintaan kredit di akhir tahun, ditambah dengan faktor belanja musiman, konsumsi akhir tahun, serta penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), emiten perbankan berpeluang mencatatkan rebound kinerja yang berpotensi menjadi katalis penguatan harga saham dalam beberapa pekan mendatang.
Senada dengan Hendra, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, juga melihat potensi pemulihan kinerja sektor perbankan pada kuartal IV tahun ini. Hal ini didorong oleh berbagai stimulus fiskal dan moneter yang telah dirilis oleh pemerintah.
Menurut Nico, berbagai insentif dan penambahan likuiditas akan mampu menjaga momentum positif sektor perbankan hingga akhir tahun. Selain itu, potensi terjadinya window dressing juga menjadi katalis tambahan bagi saham perbankan berkapitalisasi besar. “Jika kita berbicara tentang window dressing, saham-saham dengan market cap besar biasanya menjadi incaran,” jelas Nico.
Namun demikian, Nico mengingatkan bahwa sentimen global juga perlu diperhatikan dengan seksama. Rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) pada pekan ini berpotensi meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada bulan Desember, terutama dengan semakin mengecilnya probabilitas pemangkasan dalam beberapa pekan terakhir.
Permintaan Minim, Penyaluran Kredit Perbankan Makin Seret
Sentimen lain yang perlu diwaspadai adalah peluang pemangkasan BI rate di akhir tahun, yang menurut Nico masih terbuka selama tekanan terhadap rupiah tidak semakin memburuk. Selain itu, investor juga perlu mewaspadai potensi rebalancing portofolio yang dilakukan oleh manajer investasi global menjelang tahun 2026. Pola alokasi aset dan sektor-sektor unggulan berpotensi mengalami pergeseran.
“Strateginya adalah dengan memperhatikan sektor-sektor yang memiliki korelasi positif dengan arah kebijakan dan rencana kerja pemerintah di tahun 2026,” saran Nico.
Untuk pilihan saham perbankan, Nico masih merekomendasikan BBCA sebagai top pick dengan target harga Rp 10.470. Diikuti oleh BMRI dengan target harga Rp 4.670, dan BBNI dengan target harga Rp 5.070.
Sementara itu, Hendra menyarankan agar investor menggunakan pendekatan kombinasi sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada saham perbankan. Untuk investasi jangka panjang, fokus dapat diberikan pada potensi pertumbuhan kredit, likuiditas yang kuat, dan posisi dominan yang dimiliki oleh bank-bank besar. Sedangkan untuk investasi jangka pendek, investor dapat memanfaatkan momentum teknikal dan sentimen dari investor asing.
Secara rekomendasi, Hendra menilai bahwa saham big banks masih menarik untuk dicermati. BBCA layak untuk speculative buy dengan target harga Rp 8.750, didukung oleh stabilnya biaya dana dan prospek konsumsi akhir tahun yang cerah.
Gelontoran Insentif Likuiditas Makroprudensial BI Meningkat, Apa Dampak ke Perbankan?
Selanjutnya, BBRI juga dapat menjadi pilihan untuk speculative buy dengan target harga Rp 4.170, karena konsistensinya di sektor mikro, KUR, dan pertumbuhan kredit ritel. Sementara itu, BMRI berpotensi memimpin rebound saham big banks dan direkomendasikan untuk speculative buy dengan target harga Rp 5.300.
Terakhir, BBNI dinilai cocok untuk strategi buy on weakness di area Rp 4.380 dengan target harga Rp 4.700, didukung oleh valuasi yang paling murah di antara kelompok bank besar dan potensi perbaikan kredit korporasi pada tahun 2026.
“Kombinasi antara stabilitas kebijakan moneter, pertumbuhan kredit yang masih positif, valuasi yang atraktif, dan peluang aliran dana asing menjadi fondasi utama yang dapat membuat saham big banks kembali menghijau di penghujung tahun ini,” pungkas Hendra.
Ringkasan
Keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan memberikan sentimen positif bagi saham perbankan, terutama big banks, yang menunjukkan tren stabil dan cenderung menguat. Keputusan ini dinilai menjaga biaya dana (COF) tetap terkendali dan mempertahankan loyalitas kreditur di tengah pemulihan ekonomi. Penyaluran kredit yang tumbuh positif juga menjadi indikasi potensi pendapatan bunga yang membaik.
Meskipun demikian, sentimen global, seperti rilis data ekonomi AS dan potensi pemangkasan BI rate, perlu diwaspadai. Para analis merekomendasikan beberapa saham big banks seperti BBCA, BMRI, dan BBNI dengan target harga tertentu, dengan mempertimbangkan pertumbuhan kredit, likuiditas, dan momentum teknikal. Investor disarankan menggunakan pendekatan kombinasi untuk investasi jangka panjang dan pendek.





