Panas Bumi PGEO: Solusi Energi Industri Masa Depan?

H Anhar

Heyyoyo.com – Portal Teknologi, Review, Otomotif, Finansial JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menunjukkan komitmen kuatnya dalam mengakselerasi pengembangan energi panas bumi di Indonesia. Perusahaan tidak hanya fokus pada penyediaan listrik, namun kini merambah pemanfaatan panas bumi untuk keperluan off-grid atau di luar sektor ketenagalistrikan, menandai sebuah inovasi signifikan dalam industri energi bersih.

Inisiatif strategis ini, yang disebut Beyond Electricity, dijelaskan oleh Direktur Eksplorasi dan Pengembangan Pertamina Geothermal Energy, Edwil Suzandi. Konsep ini merupakan pemanfaatan panas bumi untuk berbagai sektor industri, dengan visi untuk mendorong dan mengakselerasi pertumbuhan industri manufaktur nasional. Ini bukan sekadar diversifikasi, melainkan langkah progresif dalam memaksimalkan potensi sumber daya geothermal.

Sebagai implementasi dari visi Beyond Electricity, PGEO telah mengidentifikasi dan memulai setidaknya tiga proyek percontohan yang menjanjikan.

Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Optimistis Bisa Pulihkan Laba Bersih

Proyek pertama adalah inisiatif percontohan pengembangan Hidrogen Hijau atau Green Hydrogen di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Ulubelu, Lampung. Dalam langkah strategis ini, PGEO menggandeng Toyota Indonesia yang akan bertindak sebagai calon offtaker. Kolaborasi ini bertujuan untuk membangun ekosistem hidrogen hijau yang terintegrasi di Indonesia, sekaligus mendorong peningkatan skala industri energi bersih ini.

Meskipun belum berorientasi komersialisasi, proyek ini krusial untuk menguji efisiensi teknologi electrolyzer. Hasilnya akan menjadi dasar penentuan biaya produksi dan kelayakan komersial hidrogen hijau di masa depan. Edwil Suzandi menegaskan, target commissioning untuk proyek inovatif ini adalah pada tahun 2026 mendatang.

Kedua, PGEO mengembangkan proyek Green Ammonia, yang juga berbasis pada Hidrogen Hijau, melalui kerja sama dengan PT Pertamina Gas (Pertagas). Komoditas Hidrogen Hijau ini dipandang sangat strategis di masa depan, dengan potensi aplikasi luas mulai dari bahan baku pupuk hingga bahan bakar untuk transportasi perkapalan.

Lebih jauh, pengembangan Green Ammonia secara optimal berpotensi membuka peluang ekspor ke berbagai negara, menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci dalam rantai pasok energi bersih global. Saat ini, proyek ambisius ini masih dalam fase studi kelayakan yang mendalam.

Ketiga, PGEO turut merambah sektor teknologi dengan mengembangkan proyek Green Data Center. Pusat data ini akan mengandalkan panas bumi sebagai sumber listrik utama, memanfaatkan karakteristik unik energi geothermal yang bersifat base load. Artinya, panas bumi mampu menyediakan listrik ramah lingkungan secara stabil selama 24 jam penuh, menjadikannya pilihan ideal untuk kebutuhan operasional pusat data.

Laba Bersih Turun Per Kuartal III-2025, Cek Rekomendasi Saham PGEO

Untuk tahap awal, Green Data Center akan berlokasi di WKP Kamojang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini didasari ketersediaan sumber panas bumi yang stabil serta infrastruktur yang telah matang, sangat menunjang kebutuhan listrik kompleks sebuah pusat data. PGEO telah menindaklanjuti proyek ini dengan penandatanganan joint agreement bersama calon mitra, dan proses Final Investment Decision (FID) ditargetkan rampung pada akhir tahun 2025, sebagaimana disampaikan Edwil Suzandi.

Menyikapi inisiatif Beyond Electricity, Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy, Julfi Hadi, menegaskan bahwa langkah ini lebih dari sekadar diversifikasi bisnis. Ini adalah strategi fundamental perusahaan untuk menciptakan nilai tambah substansial dari aset panas bumi yang sudah ada. Julfi menjelaskan bahwa bisnis listrik geothermal konvensional seringkali memiliki margin terbatas dan terikat pada harga jual ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Oleh karena itu, melalui proyek-proyek seperti Green Hydrogen, Green Ammonia, dan Green Data Center, PGEO mampu mengoptimalkan aset panas bumi yang telah tersedia tanpa perlu mengembangkan sumur baru. Pendekatan ini secara signifikan meningkatkan potensi perusahaan untuk meraih laba lebih cepat dan membuka aliran pendapatan tambahan. Dengan tegas, Julfi menyatakan, “Jadi arah kami ke depannya bukan hanya menjadi penyedia listrik, tapi menjadi sebuah clean energy company dengan portofolio yang lebih luas dan berkelanjutan.”

Julfi Hadi lebih lanjut menggarisbawahi bahwa inisiatif Beyond Electricity merupakan komponen krusial dari strategi jangka panjang PGEO untuk meningkatkan kapasitas terpasang panas bumi. Perusahaan menargetkan mencapai 1 gigawatt (GW) dalam dua hingga tiga tahun ke depan (sekitar 2028–2029). Dalam visi yang lebih ambisius untuk delapan hingga sepuluh tahun mendatang, PGEO berambisi mengelola kapasitas terpasang panas bumi hingga 3 GW, memantapkan posisinya sebagai pemimpin dalam sektor energi bersih.

Hingga kini, PGEO telah mengelola 15 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan total kapasitas sebesar 1.932 megawatt (MW). Dari jumlah tersebut, 727 MW dikelola secara mandiri atau langsung, sementara 1.205 MW sisanya melalui skema Joint Operation Contract (JOC). Kontribusi signifikan ini menempatkan PGEO sebagai pilar utama, menyumbang sekitar 70% dari total kapasitas panas bumi nasional.

Untuk mencapai target kapasitas terpasang panas bumi sebesar 1 GW dalam waktu dekat, PGEO telah mengimplementasikan serangkaian langkah strategis. Salah satu pencapaian penting adalah pelaksanaan Commercial on Date (COD) untuk proyek PLTP Lumut Balai Unit 2 di Sumatra Selatan, dengan kapasitas 55 MW, yang dijadwalkan pada Juni 2025.

Selanjutnya, pada akhir 2025, PGEO juga menargetkan dimulainya proyek PLTP Lumut Balai Unit 3 berkapasitas 55 MW, dengan estimasi investasi mencapai US$ 447,75 juta dan target COD pada 2029.

Selain itu, proses pengeboran sumur telah dimulai untuk proyek PLTP Gunung Tiga di Lampung, yang akan memiliki kapasitas 2×27,5 MW dengan nilai investasi US$ 298,3 juta, dan ditargetkan COD pada 2029 serta 2030.

Proyek strategis lainnya adalah PLTP Kotamobagu di Sulawesi Utara, berkapasitas 50+14 MW, yang telah memperoleh Final Investment Decision (FID) dan diharapkan memulai pengeboran pertamanya pada 2026. Proyek senilai US$ 448,92 juta ini diproyeksikan COD pada 2030.

PGEO juga sedang menggarap proyek PLTP Bukit Daun di Bengkulu, dengan kapasitas 2×30 MW, yang ditargetkan COD pada 2030. Mengenai proyek ini, Edwil Suzandi menambahkan, “Kami menargetkan selesai studi kelayakan untuk proyek Bukit Daun pada akhir tahun ini dan kemudian berlanjut ke PPA (Power Purchase Agreement) dengan PLN.” Nilai investasi proyek ini akan diungkap setelah studi kelayakan rampung.

Secara finansial, PGEO berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 4,20% year on year (yoy) mencapai US$ 318,86 juta per kuartal III-2025. Meskipun demikian, pada periode yang sama, laba bersih perusahaan tercatat mengalami penurunan sebesar 22,18% yoy menjadi US$ 104,26 juta, sebuah dinamika yang menjadi perhatian.

Di sisi operasional, kinerja PGEO menunjukkan tren positif dengan produksi listrik mencapai 3.744 gigawatt hour (GWh) per kuartal III-2025, menandai pertumbuhan 4,06% yoy dibandingkan periode sebelumnya. Proyeksi untuk akhir tahun 2025 menunjukkan bahwa produksi listrik PGEO akan mencapai 4.978 GWh, dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 5.100 GWh pada tahun 2026.

Ringkasan

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menunjukkan komitmen kuat dalam mengembangkan energi panas bumi melalui inisiatif “Beyond Electricity.” Strategi ini memperluas pemanfaatan panas bumi dari hanya penyediaan listrik ke berbagai sektor industri, seperti pengembangan Green Hydrogen dengan Toyota Indonesia, Green Ammonia bersama Pertamina Gas, dan Green Data Center. Langkah ini bertujuan untuk menciptakan nilai tambah dari aset panas bumi yang ada dan menjadikan PGEO sebagai perusahaan energi bersih dengan portofolio yang lebih luas dan berkelanjutan.

Inisiatif ini juga mendukung target PGEO untuk meningkatkan kapasitas terpasang panas bumi menjadi 1 gigawatt (GW) dalam 2-3 tahun ke depan dan 3 GW dalam 8-10 tahun. Saat ini, PGEO mengelola 1.932 MW kapasitas panas bumi, menyumbang sekitar 70% dari total kapasitas nasional. Untuk mencapai target tersebut, beberapa proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sedang dikembangkan, termasuk Lumut Balai Unit 2 dan 3, Gunung Tiga, Kotamobagu, dan Bukit Daun, dengan jadwal operasional hingga tahun 2030.

Also Read

[addtoany]

Tags