Kepala Ekonom dan Riset Pasar Permata Bank, Faisal Rachman, mengungkapkan bahwa konsumsi kelompok kelas menengah atas menjadi motor pendorong utama pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025, yang mencapai 5,12 persen secara tahunan.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menguatkan pernyataan tersebut, menunjukkan bahwa sokongan terbesar bagi pertumbuhan ekonomi berasal dari konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,97 persen secara tahunan. Kontribusi signifikan ini mencapai 54,25 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyumbang 2,64 persen dari total pertumbuhan ekonomi pada periode April-Juni 2025.
Dalam pemaparannya, Faisal secara spesifik menyoroti sektor-sektor yang menjadi kontributor terbesar dalam lonjakan konsumsi rumah tangga. Tiga sektor dengan pertumbuhan tertinggi adalah makanan dan minuman (4,15 persen), transportasi dan komunikasi (6,48 persen), serta restoran dan hotel (6,77 persen). “Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang bersumber dari konsumsi rumah tangga ini didorong oleh golongan kelas menengah atas, bukan oleh menengah bawah,” tegas Faisal dalam acara media briefing daring yang diselenggarakan Permata Institute for Economic Research (PIER) pada Senin, 11 Agustus 2025.
Menurut Faisal, peningkatan konsumsi di ketiga sektor tersebut tak lepas dari momentum libur sekolah dan libur nasional hari besar keagamaan. Ia menambahkan bahwa besarnya kontribusi kelas menengah atas dalam konsumsi rumah tangga menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak selalu terefleksi secara merata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. “Jika kita membahas fenomena Rojali dan Rohana, dampaknya memang tidak terlihat di sini,” ujarnya, merujuk pada istilah populer yang menggambarkan konsumsi berlebihan.
Senada dengan Faisal, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, sebelumnya menyatakan bahwa pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 4,97 persen merupakan indikasi kuatnya permintaan domestik. Edy menjelaskan bahwa peningkatan kebutuhan primer dan mobilitas rumah tangga menjadi salah satu faktor pendorong. “Peningkatan kebutuhan primer untuk beberapa kegiatan, karena adanya momentum hari libur, hari besar keagamaan, dan sebagainya, membuat kebutuhan bahan makanan dan makanan jadi meningkat seiring aktivitas pariwisata selama periode libur,” jelas Edy dalam konferensi pers pada Selasa, 5 Agustus 2025, yang disiarkan langsung melalui YouTube BPS. Data BPS juga mencatat peningkatan mobilitas penduduk, dengan jumlah perjalanan wisata nusantara pada Juni 2025 mencapai 105,12 juta perjalanan, naik 25,93 persen secara tahunan.
Namun, di sisi lain, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda berpendapat bahwa data pertumbuhan ekonomi yang dirilis BPS menyimpan beberapa kejanggalan. Salah satu sorotan utamanya adalah angka konsumsi rumah tangga yang menopang pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025. Nailul membandingkan dengan konsumsi rumah tangga pada kuartal I yang hanya 4,95 persen, namun pertumbuhan ekonominya berada di angka 4,87 persen. “Tidak ada momen yang membuat peningkatan konsumsi rumah tangga meningkat tajam,” kata Nailul dalam keterangan tertulis pada Selasa, 5 Agustus.
Menyikapi dugaan kejanggalan ini, Celios bahkan telah mengajukan permohonan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menginvestigasi data pertumbuhan ekonomi yang telah dirilis oleh BPS.
Pilihan Editor: Jika Data BPS Tak Bisa Dipercaya
Ringkasan
Kepala Ekonom dan Riset Pasar Permata Bank, Faisal Rachman, mengungkapkan bahwa konsumsi kelompok kelas menengah atas menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025, yang mencapai 5,12 persen. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menguatkan pernyataan tersebut, menunjukkan konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97 persen dengan kontribusi signifikan terhadap PDB. Sektor makanan dan minuman, transportasi, serta restoran dan hotel menjadi penyumbang terbesar, menegaskan peran golongan kelas menengah atas dalam pertumbuhan ini.
Peningkatan konsumsi ini dijelaskan didorong oleh momentum libur sekolah dan hari besar keagamaan, serta peningkatan mobilitas masyarakat. Namun, Direktur Ekonomi Digital Celios, Nailul Huda, menemukan kejanggalan pada data pertumbuhan ekonomi BPS, khususnya angka konsumsi rumah tangga kuartal II yang dinilai tidak menunjukkan momen peningkatan tajam. Celios bahkan telah mengajukan permohonan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menginvestigasi data pertumbuhan ekonomi yang dirilis BPS tersebut.