Emas & Perak Terkapar! The Fed Bikin Investor Ketar-Ketir?

H Anhar

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga perak dalam sebulan terakhir mencatatkan penurunan yang lebih tajam dibandingkan harga emas. Berdasarkan data pasar, nilai perak terkoreksi hingga 2,87%, sementara harga emas hanya turun sekitar 1,5%. Kondisi ini sontak menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan para investor mengenai arah pergerakan logam mulia ke depan, terlebih di tengah bayang-bayang ketidakpastian kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dan gejolak geopolitik global.

Analis Mata Uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa pelemahan harga perak tidak bisa dilepaskan dari dinamika pergerakan harga emas. Menurutnya, emas masih menjadi acuan utama yang menentukan sentimen pasar di segmen logam mulia.

Lukman memaparkan bahwa pergerakan jangka pendek harga emas saat ini sangat didikte oleh prospek suku bunga The Fed, serta situasi geopolitik yang memanas dan perkembangan seputar tarif dagang, serta dampaknya pada perekonomian dunia. Faktor-faktor ini membuat harga emas cenderung bergerak dalam kondisi range bound atau berfluktuasi dalam kisaran tertentu, yang secara otomatis menyeret harga perak. Perak memang memiliki korelasi yang sangat erat dengan emas sebagai aset lindung nilai atau safe haven.

Tekanan ini semakin diperkuat oleh sentimen pasar yang cenderung menanti kejelasan arah kebijakan moneter AS. Ketidakpastian mengenai kapan tepatnya The Fed akan mulai memangkas suku bunga menjadi salah satu faktor dominan yang menahan laju kenaikan kedua logam mulia ini. “Untuk saat ini, harga emas masih bergerak terbatas karena pasar menunggu kepastian arah kebijakan. Begitu juga dengan perak, yang cenderung mengikuti tren emas,” jelas Lukman.

Meskipun dalam jangka pendek menghadapi tekanan, prospek jangka panjang harga emas dan perak masih terlihat positif. Lukman menilai pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, di Jackson Hole menjadi salah satu faktor penting yang menumbuhkan optimisme baru. Powell dinilai lebih less hawkish, sehingga pasar memperkirakan adanya peluang pemangkasan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

“Pidato Powell yang lebih less hawkish telah memberikan harapan dan dukungan pada harga emas. Walau demikian, untuk kembali mencoba menembus level tertinggi sepanjang masa, diperlukan katalis tambahan, mengingat harga emas sudah naik cukup signifikan tahun ini,” katanya. Selain itu, kondisi geopolitik global yang mencakup tensi di Timur Tengah, perang dagang, hingga ketegangan antarnegara besar, masih menjadi faktor signifikan yang bisa mendongkrak permintaan emas maupun perak. Investor biasanya kembali melirik logam mulia sebagai aset aman ketika risiko global meningkat.

Faktor lain yang tidak kalah penting adalah tingginya permintaan dari bank sentral dunia. Lukman menekankan bahwa tren pembelian emas oleh bank-bank sentral masih akan berlanjut sebagai bentuk diversifikasi cadangan devisa. Kondisi ini secara fundamental akan terus menopang harga logam mulia ke depannya. “Permintaan bank-bank sentral dunia masih akan terus mendukung harga emas jangka panjang. Hingga akhir tahun, harga emas diperkirakan bisa mencapai ATH baru di kisaran US$3.700 per troy ounce dan bahkan berpotensi menembus US$4.000 pada tahun depan,” ungkapnya.

Sebagai logam yang pergerakannya sangat erat dengan emas, harga perak juga berpotensi ikut menguat signifikan dalam jangka panjang. Walaupun saat ini masih terkoreksi lebih dalam dibandingkan emas, prospek pemulihan tetap terbuka lebar apabila katalis pendukung—baik dari sisi kebijakan moneter maupun stabilitas geopolitik—semakin jelas dan terwujud. “Secara umum, harga perak akan ikut diuntungkan oleh tren jangka panjang emas. Jadi meskipun sekarang terkoreksi lebih dalam, peluang rebound masih besar ke depannya,” tutup Lukman.

Ringkasan

Harga perak mengalami koreksi lebih tajam sebesar 2,87% dibandingkan emas yang turun 1,5% dalam sebulan terakhir, memicu kekhawatiran investor. Pelemahan ini dipengaruhi oleh prospek suku bunga The Fed, situasi geopolitik, dan tarif dagang. Ketidakpastian mengenai kapan The Fed akan memangkas suku bunga membuat harga logam mulia bergerak terbatas, dengan perak yang mengikuti tren emas.

Meskipun demikian, prospek jangka panjang emas dan perak dinilai positif. Pidato Jerome Powell yang cenderung “less hawkish” memberi harapan pemangkasan suku bunga lebih cepat, sementara ketegangan geopolitik meningkatkan permintaan aset aman. Dukungan juga datang dari permintaan bank sentral dunia yang terus membeli emas, memproyeksikan harga emas bisa mencapai level tertinggi baru hingga US$4.000, dengan perak yang berpotensi menguat signifikan.

Also Read

[addtoany]

Tags