Buyback Saham Q4 2025: Peluang Cuan Investor & Penggerak IHSG?

H Anhar

Heyyoyo.com – Portal Teknologi, Review, Otomotif, Finansial – JAKARTA. Memasuki awal kuartal IV-2025, sejumlah emiten dari berbagai sektor telah mengambil langkah strategis dengan mengumumkan rencana pembelian kembali atau buyback saham. Aksi korporasi ini dipandang sebagai sinyal positif yang dapat memberikan sentimen kuat bagi pasar saham, khususnya di tengah fluktuasi dan volatilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus terjadi.

Gelombang buyback saham ini melibatkan berbagai perusahaan terkemuka, di antaranya PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Jaya Real Property Tbk (JRPT), PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA), PT Jembo Cable Company Tbk (JECC), PT Asuransi Multi Artha Guna (AMAG), dan PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk (MAHA). Keputusan mereka untuk melakukan buyback diharapkan dapat menstabilkan atau bahkan mendorong kenaikan harga saham masing-masing.

Perspektif Ahli Pasar

Ratih Mustikoningsih, seorang Financial Expert dari Ajaib Sekuritas, menggarisbawahi bahwa aksi buyback cenderung menciptakan sentimen positif yang mampu mendorong kenaikan harga saham dalam jangka pendek. Namun, Ratih mengingatkan para investor untuk tidak hanya terpaku pada dampak instan. Ia menekankan pentingnya mencermati alokasi dana yang digunakan untuk buyback guna mengevaluasi valuasi saham dalam jangka panjang.

Lebih lanjut, Ratih menjelaskan bahwa buyback yang paling menarik untuk dicermati oleh investor dalam horizon menengah hingga panjang adalah yang bertujuan untuk mengurangi modal disetor atau jumlah saham yang beredar. Mekanisme ini secara teoritis akan mengurangi total saham di pasar (free float), yang pada gilirannya dapat meningkatkan laba per saham (EPS) dan membuat rasio valuasi seperti P/E ratio terlihat lebih menarik atau murah. Dengan demikian, kualitas valuasi saham emiten akan semakin baik.

IHSG Naik 4,5% dalam Sepekan, Ini Deretan Sentimen Pendorongnya

“Jadi investor perlu mempertimbangkan secara historis bagaimana alokasi dana hasil buyback telah dilakukan oleh emiten-emiten tersebut,” imbuh Ratih kepada Kontan pada Jumat (24/10), memberikan panduan penting bagi pengambilan keputusan investasi.

Katalis dan Keyakinan Pasar

Miftahul Khaer, seorang Research Analyst dari Kiwoom Sekuritas Indonesia, mengungkapkan bahwa fenomena buyback saham pada akhir kuartal ini dapat berfungsi sebagai katalis kuat yang menggerakkan kinerja harga saham. Aksi ini, menurutnya, merupakan cerminan dari upaya manajemen perusahaan untuk menjaga dan memperkuat kepercayaan pasar saham di tengah volatilitas IHSG yang tinggi serta tekanan pada valuasi saham yang cenderung murah.

“Hal ini tentunya akan menunjukkan keyakinan perusahaan terhadap prospek bisnisnya sekaligus bisa menahan tekanan jual di market,” ujar Miftahul, menyoroti dampak psikologis positif. Ia menambahkan bahwa buyback, seperti yang dilakukan oleh BBCA ketika harga saham-nya tertekan, berpotensi besar memberikan dukungan psikologis yang krusial sekaligus mendorong kenaikan nilai intrinsik perusahaan.

Senada dengan pandangan tersebut, Angga Septianus, Community and Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), juga berpendapat bahwa aksi buyback dapat membawa sentimen yang sangat positif bagi investor. “Artinya, emiten punya keyakinan tinggi terhadap prospek kinerja emiten tersebut di masa depan,” kata Angga, menegaskan optimisme yang ditunjukkan oleh perusahaan melalui kebijakan ini.

Rekomendasi Saham Buyback

Berdasarkan analisisnya, Ratih Mustikoningsih memberikan beberapa rekomendasi saham dengan strategi buyback yang patut dicermati investor:

  • HRUM: speculative buy, dengan target harga saham resistensi Rp 1.170 dan support Rp 1.040.

  • BUKA: speculative buy, dengan target harga saham resistensi Rp 175 dan support Rp 160.

  • BBCA: buy, dengan target harga saham resistensi Rp 8.650 dan support Rp 8.100 per saham.

Angga Septianus menambahkan, valuasi sektor perbankan, terutama BBCA, dinilai cukup menarik seiring dengan membaiknya likuiditas, dengan target harga saham teknikal Rp 9.000 per saham. Sementara itu, Miftahul Khaer merekomendasikan akumulasi beli untuk BBCA dengan target harga saham Rp 9.800 dalam kurun waktu 12 bulan ke depan, menunjukkan konsensus positif terhadap potensi pertumbuhan Bank Central Asia.

IHSG Turun 0,03% ke 8.271, JSMR, MAPI dan MEDC Top Losers di LQ45, Jumat (24/10)

Daftar Emiten Buyback Saham Kuartal IV-2025

Berikut adalah detail rencana buyback saham dari sejumlah emiten yang akan berlangsung di kuartal IV-2025:

  1. PT Bukalapak.com Tbk (BUKA)
    Proses buyback akan dilanjutkan tanpa perlu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di tengah kondisi pasar yang berfluktuasi. BUKA masih memiliki sisa dana sebesar Rp 420,79 miliar dari periode buyback sebelumnya (7 Juli–6 Oktober 2025), dengan total anggaran yang dialokasikan mencapai Rp 1,13 triliun. Periode buyback ini dijadwalkan mulai 24 Oktober 2025 hingga 23 Januari 2026.

  2. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
    BBCA mengalokasikan dana maksimal sebesar Rp 5 triliun untuk buyback saham-nya. Periode buyback ditetapkan dari 22 Oktober 2025 hingga 19 Januari 2026, dengan batasan harga buyback maksimum Rp 9.200 per saham.

  3. PT Harum Energy Tbk (HRUM)
    HRUM berkomitmen mengalokasikan dana maksimal Rp 837 miliar untuk pembelian kembali 751,79 juta saham, yang merepresentasikan 5,56% dari total modal disetor perusahaan. Periode buyback ini akan berlangsung dari 6 Oktober 2025 hingga 2 Januari 2026.

  4. PT Jaya Real Property Tbk (JRPT)
    JRPT akan melakukan buyback maksimal 116,27 juta saham, setara dengan 0,9% dari modal disetor, dengan anggaran sebesar Rp 100 miliar yang berasal dari operasional perusahaan. Periode buyback dijadwalkan pada 13 Oktober 2025 hingga 12 Januari 2026.

  5. PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA)
    ARNA merencanakan buyback dengan dana maksimal Rp 50 miliar. Pelaksanaan buyback akan dilakukan pada harga saham yang sama atau lebih rendah dari transaksi sebelumnya. Periode buyback berlaku dari 24 Oktober 2025 hingga 23 Januari 2026.

  6. PT Jembo Cable Company Tbk (JECC)
    Dengan dana sebesar Rp 29,43 miliar, JECC akan melakukan buyback 49,05 juta saham, yang mewakili 6,48% kepemilikan Fujikura Asia Limited. Periode buyback ini akan berlangsung dari 23 Oktober hingga 5 Desember 2025.

  7. PT Asuransi Multi Artha Guna (AMAG)
    AMAG menyediakan dana buyback sebesar Rp 90,15 miliar untuk membeli maksimal 237,19 juta saham. Harga saham maksimal yang akan dibeli adalah Rp 380 per saham. Periode buyback dijadwalkan dari 23 Oktober 2025 hingga 23 Januari 2026.

  8. PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk (MAHA)
    MAHA menganggarkan dana buyback sebesar Rp 153,68 miliar, dengan nilai nominal saham yang akan dibeli tidak melebihi 10% dari modal disetor perusahaan. Periode buyback akan berlangsung dari 23 Oktober 2025 hingga 16 Maret 2026.

Ringkasan

Memasuki kuartal IV-2025, sejumlah emiten dari berbagai sektor, termasuk PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Harum Energy Tbk (HRUM), mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham. Aksi korporasi ini dipandang sebagai sinyal positif untuk pasar saham di tengah volatilitas IHSG, bertujuan menstabilkan atau mendorong kenaikan harga saham. Buyback mencerminkan keyakinan manajemen terhadap prospek bisnis dan dapat memberikan sentimen kuat bagi pasar.

Para ahli pasar menilai buyback dapat menciptakan sentimen positif yang mendorong kenaikan harga saham jangka pendek. Namun, investor perlu mencermati alokasi dana dan tujuan buyback, terutama yang mengurangi modal disetor untuk meningkatkan laba per saham (EPS) dan valuasi. Beberapa emiten seperti BBCA, HRUM, dan BUKA direkomendasikan untuk dicermati karena potensi dampak positif dari aksi buyback ini.

Also Read

[addtoany]

Tags