KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali memasukkan sejumlah saham ke dalam radar Unusual Market Activity (UMA) menyusul lonjakan harga yang dinilai tidak wajar. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap volatilitas yang berpotensi merugikan investor.
Adapun saham-saham yang masuk daftar pantauan UMA meliputi PT Folago Global Nusantara Tbk (IRSX), PT Sanurhastra Mitra Tbk (MINA), PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR), PT Yelooo Integra Datanet Tbk (YELO), serta PT Mahkota Group Tbk (MGRO). Lonjakan harga saham-saham ini memicu kewaspadaan di kalangan pelaku pasar.
Menanggapi fenomena ini, Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand, berpendapat bahwa kenaikan harga yang signifikan pada kelima saham tersebut lebih banyak didorong oleh aktivitas spekulasi yang agresif. Investor disarankan untuk berhati-hati dan mempertimbangkan risiko yang ada.
“Lonjakan pada saham-saham dengan fundamental yang kurang kuat seperti IRSX dan YELO mengindikasikan adanya spekulasi murni. Sementara, kenaikan MGRO lebih dipengaruhi oleh sentimen aksi korporasi terkait pengalihan saham treasury,” jelas Abida kepada Kontan, Kamis (27/11/2025). Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya analisis fundamental dalam pengambilan keputusan investasi.
Saham Kalbe Farma (KLBF) Mulai Menarik Lagi Setelah Keluar dari MSCI, Ini Kata Analis
Lebih lanjut, Abida menjelaskan bahwa setelah suatu saham masuk radar UMA, potensi koreksi harga yang tajam menjadi semakin besar. Peringatan yang dikeluarkan oleh BEI seringkali memicu aksi ambil untung (profit taking) dan meningkatkan ketidakpastian di pasar. Hal ini perlu diantisipasi oleh para investor.
“Kelanjutan tren pergerakan saham-saham ini sangat bergantung pada kualitas klarifikasi yang diberikan emiten kepada BEI. Jika klarifikasi tersebut tidak memberikan informasi material baru, maka risiko suspensi atau pemindahan ke Papan Pemantauan Khusus akan meningkat,” imbuhnya. Kualitas informasi menjadi kunci kepercayaan investor.
Abida juga menekankan bahwa saham-saham dengan status UMA umumnya kurang ideal untuk investor jangka panjang maupun investor ritel pemula, terutama bagi emiten yang memiliki fundamental lemah dan catatan kerugian. Investor pemula disarankan untuk lebih berhati-hati dan mempertimbangkan profil risiko masing-masing.
“IRSX, YELO, dan MGRO sebaiknya dihindari terlebih dahulu. Status UMA adalah sinyal adanya risiko regulasi dan pola perdagangan yang tidak wajar,” tegasnya. Rekomendasi ini didasarkan pada analisis risiko yang komprehensif.
Namun, Abida menambahkan bahwa saham-saham tersebut mungkin cocok untuk trader berpengalaman yang memiliki strategi sangat agresif dan disiplin stop-loss yang ketat. Adapun untuk rekomendasi yang lebih spesifik, Abida menyarankan agar IRSX dan YELO sebaiknya dijauhi, sedangkan MINA hanya cocok bagi pelaku pasar yang memiliki toleransi risiko yang tinggi. Keputusan investasi harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing investor.
Sebagai penutup, analis mengingatkan para investor untuk senantiasa berhati-hati dan menunggu kejelasan resmi dari masing-masing emiten sebelum mengambil posisi lebih lanjut. Kehati-hatian dan riset yang mendalam adalah kunci untuk berinvestasi dengan aman dan cerdas.
IHSG Bergerak Liar di Awal Perdagangan Kamis (27/11), Meski Bursa Asia Menguat
Ringkasan
Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan beberapa saham seperti IRSX, MINA, DNAR, YELO, dan MGRO ke dalam daftar Unusual Market Activity (UMA) karena lonjakan harga yang tidak wajar. Analis BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand, menilai kenaikan ini didorong oleh spekulasi agresif dan menyarankan investor untuk berhati-hati. Potensi koreksi tajam meningkat setelah saham masuk radar UMA, dipicu aksi profit taking dan ketidakpastian pasar.
Kualitas klarifikasi emiten kepada BEI menjadi krusial untuk kelanjutan tren saham-saham tersebut; jika tidak memadai, risiko suspensi atau pemindahan ke Papan Pemantauan Khusus meningkat. Saham UMA kurang ideal bagi investor jangka panjang dan pemula, terutama dengan fundamental lemah. IRSX, YELO, dan MGRO sebaiknya dihindari, sementara MINA cocok untuk investor dengan toleransi risiko tinggi; investor perlu menunggu kejelasan resmi emiten sebelum mengambil posisi.





