KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Optimisme membubung tinggi untuk pasar saham Indonesia di tahun 2026. Sejumlah perusahaan sekuritas bahkan memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencapai level 9.000 hingga 10.000 pada tahun tersebut. Beberapa analis bahkan melihat potensi IHSG untuk melampaui angka tersebut.
Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Utama, berpendapat bahwa proyeksi ini bukanlah sesuatu yang muluk, melainkan cenderung konservatif, terutama jika melihat momentum ekonomi yang ada.
“Menurut saya, IHSG bahkan berpotensi melampaui 10.000, terutama jika kita mempertimbangkan kombinasi dari pemulihan siklus ekonomi, potensi penurunan suku bunga global, dan peningkatan likuiditas domestik,” ungkapnya kepada Kontan, Kamis (4/12/2025).
Ia menambahkan bahwa kenaikan IHSG dalam dua tahun terakhir semakin banyak didukung oleh investor lokal. Hal ini membuat pasar menjadi tidak terlalu bergantung pada arus modal asing. Dengan catatan tidak ada gejolak eksternal yang signifikan, serta kebijakan fiskal yang tetap ekspansif, peluang kenaikan indeks menuju level 9.000-10.000 masih sangat terbuka lebar.
Empat Proyek Strategis PGEO Masuk Blue Book Kementerian PPN/Bappenas 2025-2029
“Pendorong paling realistis tentu saja berasal dari penurunan suku bunga The Fed, penguatan permintaan domestik, kembalinya dana asing, serta momentum peningkatan laba korporasi setelah tekanan margin di tahun 2024-2025 mereda,” jelasnya.
Dari sudut pandang sektoral, Ekky melihat tahun 2026 sebagai tahun normalisasi pertumbuhan. Sektor perbankan diprediksi akan kembali menjadi penggerak utama IHSG, didorong oleh valuasi yang masih menarik dan prospek ekspansi kredit yang lebih solid seiring dengan potensi penurunan suku bunga.
“Perbankan kemungkinan besar akan tetap menjadi tulang punggung,” tegasnya.
Sektor consumer staples dan FMCG juga akan mendapatkan sentimen positif dari stabilnya konsumsi domestik dan pemulihan daya beli masyarakat.
Sementara itu, sektor telekomunikasi akan diuntungkan oleh monetisasi layanan data dan efisiensi belanja modal. Di sisi lain, sektor industri dan bahan baku diperkirakan akan memasuki fase pemulihan setelah tekanan komoditas mereda.
Sektor properti juga berpotensi mendapatkan momentum tambahan dari stimulus pemerintah dan tren penurunan suku bunga kredit.
Mengenai rekomendasi saham, Ekky menilai bahwa ruang valuasi emiten big cap masih sangat menarik. Bank-bank besar seperti BBCA dan BMRI tetap menjadi pilihan utama karena kualitas aset yang baik dan pertumbuhan laba yang stabil.
IHSG Ditutup Menguat ke 8.640,2 Hari Ini (4/12), Top Gainers LQ45: UNTR, AKRA, EXCL
Untuk sektor consumer goods, saham CMRY dan MYOR memiliki prospek yang kuat melalui ekspansi produk dan pasar.
“Untuk sektor rokok, tidak adanya kenaikan cukai pada tahun 2026 akan menjadi katalis positif bagi HMSP dan GGRM, sementara WIIM mendapatkan momentum dari diversifikasi produk,” jelasnya.
Saham TLKM juga dinilai menarik karena potensi pertumbuhan laba yang lebih baik setelah fase konsolidasi industri, sedangkan MIKA dipandang sebagai emiten defensif yang mampu menjaga pertumbuhan jangka panjang.
Meskipun prospek tahun 2026 terlihat cukup solid, investor tetap perlu mewaspadai sejumlah risiko. Ekky menyoroti volatilitas nilai tukar rupiah, potensi perlambatan ekonomi global, serta fluktuasi aliran dana asing.
BMRI Chart by TradingView
“Risiko-risiko ini tidak akan menggagalkan prospek IHSG, tetapi dapat memicu koreksi jangka pendek dan rotasi sektor,” ujarnya. Sektor perbankan dan consumer dinilai relatif lebih aman, sementara sektor komoditas akan lebih sensitif terhadap dinamika global.
Secara keseluruhan, Ekky menyimpulkan bahwa outlook tahun 2026 tetap positif, didorong oleh penurunan suku bunga, stabilitas domestik, dan peningkatan laba emiten. Fokus pada sektor-sektor dengan fundamental yang kuat dinilai akan memberikan hasil yang optimal di tengah potensi volatilitas pasar.
Ringkasan
Sejumlah analis optimis terhadap pasar saham Indonesia, memprediksi IHSG dapat mencapai level 9.000 hingga 10.000 pada tahun 2026, bahkan berpotensi melampaui angka tersebut. Optimisme ini didorong oleh pemulihan ekonomi, potensi penurunan suku bunga global, peningkatan likuiditas domestik, serta dukungan kuat dari investor lokal yang membuat pasar kurang bergantung pada modal asing.
Sektor perbankan diprediksi akan menjadi penggerak utama, diikuti oleh consumer staples, telekomunikasi, industri, bahan baku, dan properti. Beberapa saham pilihan analis termasuk BBCA, BMRI, CMRY, MYOR, HMSP, GGRM, WIIM, TLKM, dan MIKA. Investor tetap perlu mewaspadai risiko seperti volatilitas rupiah, perlambatan ekonomi global, dan fluktuasi dana asing.





