PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ) Genjot Ekspansi: Serap Capex 27 Juta Dolar AS untuk Armada Logistik
Heyyoyo.com – Portal Teknologi, Review, Otomotif, Finansial JAKARTA. PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ) menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan bisnis dengan merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 27 juta hingga November 2025. Dana ini diprioritaskan untuk mendukung agenda ekspansi perseroan yang ambisius pada periode 2025–2026.
Yulianti, Chief Investor Relation DAAZ, mengungkapkan bahwa realisasi capex ini merupakan bagian signifikan dari total alokasi yang mencapai US$ 90 juta. Investasi besar ini difokuskan pada penambahan armada logistik dan pengembangan fasilitas operasional yang modern.
Sebagai langkah konkret dari ekspansi ini, DAAZ tengah bersiap menyambut kedatangan tiga set tugboat (kapal tunda) dan barge (kapal tongkang). Selain itu, perusahaan juga tengah membangun dua unit Self-Propelled Oil Barge (SPOB) yang dirancang khusus untuk pengangkutan minyak dan bahan cair, serta satu kapal tongkang minyak tambahan.
“Kami sangat antusias menantikan delivery aset-aset penting ini yang diharapkan tiba pada tahun 2026,” ujar Yulianti dalam paparan publik yang diselenggarakan pada Kamis, 27 November 2025. Kedatangan armada baru ini akan memperkuat posisi DAAZ dalam industri logistik maritim.
Pendanaan untuk pengadaan dan pembangunan aset-aset strategis ini berasal dari penerbitan Obligasi I PT Daaz Bara Lestari Tahun 2025 senilai Rp 500 miliar. Alokasi dana tersebut terbagi sebagai berikut:
* 62,5% dialokasikan kepada PT Aserra Logistik Indonesia untuk pembangunan dua unit SPOB dan tiga set tug & barge, yang akan memperkuat lini bisnis logistik perseroan.
* 21,2% digunakan sebagai modal kerja PT Bara Makmur Dwitama, yang fokus pada perdagangan batu bara, untuk meningkatkan volume dan efisiensi operasional.
* 16,3% disalurkan kepada PT Indo Lautan Energi untuk pembangunan tongkang minyak dan pembelian solar, mendukung kebutuhan energi dan operasional perusahaan.
Direktur DAAZ, Muljanto, menambahkan bahwa perseroan saat ini aktif mengikuti sejumlah tender dan menantikan pengumuman resmi hasilnya. Selain itu, DAAZ juga telah berhasil menjalin kerjasama dengan beberapa pelanggan baru untuk mendukung kegiatan eksplorasi di Pulau Obi dan Halmahera, yang menunjukkan kepercayaan pasar terhadap layanan DAAZ.
Tantangan Industri dan Strategi Antisipasi
Meskipun optimis dengan prospek bisnisnya, Muljanto mengakui bahwa industri ini masih menghadapi berbagai tantangan. Beberapa di antaranya adalah melemahnya permintaan batu bara global, keterbatasan pasokan solar, penurunan tarif angkutan laut, serta penurunan aktivitas pertambangan.
Menyadari tantangan tersebut, DAAZ telah menyiapkan strategi komprehensif. Strategi ini meliputi efisiensi biaya operasional, penjajakan peluang kolaborasi dengan penambang nikel baru, diversifikasi pemasok batu bara, serta pengembangan armada logistik dan investasi alat berat yang modern dan efisien.
“Selain itu, kami akan memperluas jaringan distribusi, melakukan ekspansi depo yang kami miliki, dan menambah kapasitas storage pada tahun depan,” terang Muljanto, menegaskan komitmen perusahaan untuk terus berinovasi dan meningkatkan daya saing.
Dengan progres serapan capex yang positif dan ekspansi armada logistik yang terencana dengan matang, DAAZ tetap optimis dapat memperkuat kinerja bisnisnya secara signifikan pada tahun 2026. Perusahaan ini bertekad untuk menjadi pemain kunci dalam industri logistik dan energi di Indonesia.
DAAZ Chart by TradingView
Ringkasan
PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ) mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 27 juta hingga November 2025 untuk ekspansi armada logistik dan pengembangan fasilitas operasional. Investasi ini merupakan bagian dari total alokasi US$ 90 juta dan didanai dari penerbitan Obligasi I PT Daaz Bara Lestari Tahun 2025 senilai Rp 500 miliar.
Ekspansi ini meliputi penambahan tiga set tugboat dan barge, serta pembangunan dua unit Self-Propelled Oil Barge (SPOB) dan satu kapal tongkang minyak. DAAZ juga menjalin kerjasama dengan pelanggan baru untuk mendukung eksplorasi di Pulau Obi dan Halmahera, serta menyiapkan strategi untuk mengatasi tantangan industri seperti penurunan permintaan batu bara dan keterbatasan pasokan solar.





