Heyyoyo.com – Portal Teknologi, Review, Otomotif, Finansial – JAKARTA. PT Elnusa Tbk (ELSA), perusahaan yang bergerak di bidang jasa energi, berhasil mencatatkan kinerja yang solid sepanjang Januari hingga September 2025. Strategi bisnis yang berfokus pada masa depan rendah karbon dan ekspansi bisnis menjadi kunci utama pendorong pertumbuhan kinerja perusahaan.
Selama periode tersebut, ELSA membukukan pendapatan sebesar Rp 10,4 triliun, meningkat 9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Meskipun demikian, laba bersih perusahaan mengalami penurunan sebesar 4,48% yoy menjadi Rp 526,56 miliar.
Arief Machrus, Analis Ina Sekuritas, menyoroti bahwa pertumbuhan kinerja ELSA didukung oleh kontribusi positif dari seluruh segmen bisnis. Segmen distribusi energi dan layanan logistik menjadi penyumbang terbesar, yaitu sebesar 58% dari total pendapatan. Kontribusi ini berasal dari aktivitas perdagangan bahan bakar, transportasi, pengelolaan depo, serta operasi bahan kimia atau INMAR.
Selain itu, layanan hulu migas terpadu menyumbang 31% dari pendapatan, yang meliputi kegiatan eksplorasi, seismik, wireline, pengujian sumur, penyemenan, dan EPCOM. Sementara itu, layanan pendukung migas menyumbang 11% pendapatan, didorong oleh dukungan kelautan, fabrikasi, konstruksi, serta manajemen gudang dan data.
Proyeksi IHSG Akhir 2025: Mungkinkah Sentuh 9.000?
“Hasil ini membuktikan efektivitas strategi ELSA dalam memperkuat fundamental bisnis dan meningkatkan efisiensi operasional,” kata Arief dalam risetnya yang dirilis pada 12 November 2025.
Sukarno Alatas, Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas, memperkirakan prospek ELSA pada kuartal IV 2025 cenderung netral-positif. Pendapatan perusahaan diperkirakan masih akan mendapatkan momentum dari kelanjutan proyek jasa hulu dan aktivitas support services. Di samping itu, kontribusi dari perdagangan dan distribusi BBM tetap menjadi penopang utama volume.
“Namun, tekanan margin yang terlihat sejak sembilan bulan pertama tahun 2025 (9M25) dapat membatasi potensi kenaikan laba kuartalan, kecuali ada perbaikan dalam komposisi segmen,” jelas Sukarno kepada Kontan, Selasa (18/11/2025).
Lebih lanjut, Sukarno menambahkan bahwa tantangan utama yang dihadapi ELSA pada kuartal IV masih terkait dengan volatilitas harga minyak, risiko penundaan realisasi proyek, serta pergeseran kontribusi ke segmen dengan margin yang lebih rendah. Dari sisi finansial, kebutuhan modal kerja menjelang penyelesaian proyek akhir tahun juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan, meskipun likuiditas perusahaan secara umum masih solid.
Menurutnya, sentimen yang paling relevan hingga akhir tahun ini mencakup perkembangan terbaru mengenai backlog dan eksekusi proyek kuartal IV 2025, arah kebijakan lifting dan belanja hulu Pertamina. Mengingat ELSA memiliki eksposur yang signifikan terhadap ekosistem PHE, pergerakan harga minyak global juga akan menjadi faktor penting.
“Sentimen-sentimen ini akan menentukan arah pricing power dan utilisasi jasa hulu,” ujar Sukarno.
Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Hari Ini (19/11), Pasar Menanti Hasil BI Rate
Sukarno berpendapat bahwa segmen upstream & support services berpotensi menjadi motor pertumbuhan, didukung oleh alokasi capex yang lebih agresif dan pipeline proyek yang terus berjalan. Namun, realisasi pertumbuhan penuh kemungkinan baru akan terlihat menjelang akhir kuartal IV 2025 hingga awal tahun depan, tergantung pada kecepatan eksekusi dan onboarding peralatan baru.
Sementara itu, Andhika Audrey, Analis Panin Sekuritas, melihat dari sisi pelanggan, kontribusi pihak ketiga mengalami peningkatan menjadi Rp 2,3 triliun, tumbuh 48% yoy. Hal ini mencerminkan ekspansi ELSA ke luar lingkup Pertamina Grup, dengan porsi pihak ketiga terhadap pendapatan mencapai 21,9% per September 2025.
Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024 yang sebesar 16,1%. Andhika juga menambahkan bahwa ELSA terus memperluas penerapan dual completion velocity string yang terbukti meningkatkan produksi minyak lebih dari 200% di beberapa lapangan Pertamina Hulu Energi (PHE), khususnya di Rokan.
“Ke depannya, ELSA menyiapkan berbagai proyek pengembangan bisnis baru seperti Pipeline Integrity Management, inovasi Well Production Improvement melalui Pertasolvent dan Hydraulic Dilation Water Pumping serta proyek Carbon Capture Utilization & Storaget (CCUS),” ucap Andhika saat dikonfirmasi Kontan, Selasa (18/11/2025).
Arief Machrus juga melihat bahwa proyek optimalisasi sumur, seperti Unit Pompa Hidraulik Ecolift dan partisipasi dalam proyek CCUS, mendukung upaya perusahaan menuju masa depan rendah karbon.
Inovasi teknologi, terutama penyelesaian ganda menggunakan velocity string, telah berhasil meningkatkan produksi sumur PPS-X19 sebesar 220% menjadi 1.418 BOPD dan sumur PPS-12 sebesar 594% menjadi 507 BOPD.
Sepanjang tahun lalu, ELSA telah menyelesaikan survei seismik 3D dan 2D yang mencakup area seluas 600 km², 1.356 pekerjaan wireline logging, dan mengebor tujuh sumur dengan Rig Modular adaptif. Layanan cementing dan coiled tubing diterapkan pada 215 sumur, sementara operasi HWU meningkat menjadi 123 sumur, naik 19% yoy.
ELSA Chart by TradingView
Lebih lanjut, Arief menilai bahwa 15 proyek migas nasional baru senilai Rp13,5 triliun, pertumbuhan lifting PHE sebesar 4% – 5% yoy, dan peningkatan belanja modal sebesar 15% yoy menjadi Rp 594 miliar untuk inisiatif hulu, diharapkan dapat mendorong permintaan, peralihan layanan strategis, dan pertumbuhan jangka panjang yang didukung oleh dukungan induk yang kuat.
Arief memproyeksikan pendapatan dan laba bersih ELSA pada tahun 2025 dapat mencapai masing-masing Rp 13,9 triliun dan Rp 763 miliar. Sebagai perbandingan, pada tahun 2024, ELSA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 13,39 triliun dan laba bersih sebesar Rp 714 miliar.
Arief dan Andhika merekomendasikan beli saham ELSA dengan target harga masing-masing di Rp 590 per saham dan Rp 585 per saham. Sementara itu, Sukarno merekomendasikan trading buy saham ELSA dengan target harga Rp 575 per saham.
Ringkasan
PT Elnusa Tbk (ELSA) mencatatkan kinerja solid hingga September 2025, dengan pendapatan Rp 10,4 triliun, naik 9% yoy, meskipun laba bersih turun 4,48% menjadi Rp 526,56 miliar. Pertumbuhan didukung oleh kontribusi dari seluruh segmen bisnis, terutama distribusi energi dan layanan logistik yang menyumbang 58% dari total pendapatan. Analis menyoroti efektivitas strategi ELSA dalam memperkuat fundamental bisnis dan meningkatkan efisiensi operasional, serta ekspansi ke luar lingkup Pertamina Grup yang meningkatkan kontribusi pihak ketiga.
Prospek ELSA di kuartal IV 2025 diperkirakan netral-positif, didukung oleh kelanjutan proyek jasa hulu dan aktivitas support services. Namun, tekanan margin dan volatilitas harga minyak menjadi tantangan utama. Beberapa analis memberikan rekomendasi beli atau trading buy untuk saham ELSA dengan target harga bervariasi, didukung oleh potensi pertumbuhan segmen upstream & support services dan proyek-proyek pengembangan bisnis baru.





