Etanol di Bensin Bikin Boros? Fakta vs Mitos!

H Anhar

Polemik pencampuran etanol dalam bahan bakar minyak (BBM) kembali mencuat, memicu perdebatan mengenai dampaknya terhadap kinerja kendaraan dan lingkungan. Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, pada Minggu, 5 Oktober 2025, menyuarakan kekhawatiran bahwa penambahan etanol berpotensi mengurangi kandungan energi pada bahan bakar.

Fabby menjelaskan, asumsinya, jika BBM dicampur dengan etanol sebanyak 10 persen, konsumsi bahan bakar bisa meningkat secara signifikan untuk menempuh jarak yang sama. Ia memprediksi, hal ini dapat mengurangi fuel economy atau efisiensi bahan bakar hingga 3 sampai 4 persen. Selain ancaman pemborosan bensin, Fabby juga memperingatkan risiko korosi pada mesin kendaraan karena sifat etanol yang menyerap air.

Kekhawatiran ini bukanlah tanpa dasar. Beberapa waktu lalu, sejumlah badan usaha SPBU swasta, termasuk PT Vivo Energy Indonesia (Vivo) dan APR (BP-AKR), membatalkan penyerapan BBM base fuel yang diimpor Pertamina. Alasan utama pembatalan tersebut adalah temuan kandungan etanol sebesar 3,5 persen dalam bahan bakar yang disuplai Pertamina. Menanggapi kadar 3,5 persen ini, Fabby menilai dampaknya terhadap pemborosan bensin mungkin tidak terlalu signifikan, namun tetap berpotensi terjadi.

Meskipun ada potensi kerugian, Fabby juga mengakui sisi positif dari pencampuran etanol dalam BBM. Ia mengungkapkan bahwa sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa bahkan telah mewajibkan penggunaan etanol dalam BBM. Kebijakan ini ditempuh sebagai strategi vital untuk mengurangi intensitas emisi karbon dan emisi gas buang kendaraan. Lebih lanjut, Fabby menambahkan bahwa etanol dapat meningkatkan nilai oktan dan efisiensi pembakaran di motor, menghasilkan gas buang yang lebih bersih.

Di Indonesia sendiri, sebenarnya telah ada regulasi yang mengatur penggunaan etanol sebesar 7 persen sejak tahun 2024. Namun, aturan tersebut belum dapat berlaku secara umum karena adanya keterbatasan pasokan etanol di dalam negeri.

Menyikapi kontroversi dan penolakan dari SPBU swasta, Pertamina Patra Niaga memberikan penjelasan mengenai penggunaan etanol dalam BBM. Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun, dalam keterangan tertulisnya pada Jumat, 3 Oktober 2025, menegaskan bahwa penggunaan etanol merupakan praktik yang lazim diterapkan secara internasional.

Roberth menyatakan, langkah ini sejalan dengan upaya global untuk menekan emisi karbon, meningkatkan kualitas udara, sekaligus mendukung transisi energi yang berkelanjutan. Ia menambahkan, etanol yang berasal dari tumbuhan seperti tebu atau jagung, secara inheren lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil murni. Dengan demikian, pencampuran etanol diharapkan dapat secara signifikan mengurangi emisi gas buang kendaraan, berkontribusi pada udara yang lebih bersih.

Annisa Febiola dan Nandito Putra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor: Penyebab Pasokan Bensin di SPBU Swasta Seret

Ringkasan

Pencampuran etanol dalam bahan bakar minyak (BBM) menimbulkan polemik, terutama terkait kekhawatiran peningkatan konsumsi bahan bakar dan potensi korosi pada mesin kendaraan. Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, memprediksi peningkatan konsumsi hingga 3-4% dengan 10% etanol. Kekhawatiran ini menyebabkan beberapa SPBU swasta menolak BBM yang mengandung etanol.

Meski demikian, penggunaan etanol juga memiliki sisi positif sebagai upaya global mengurangi emisi karbon dan gas buang, serta meningkatkan nilai oktan. Pertamina Patra Niaga menjelaskan bahwa pencampuran etanol adalah praktik internasional yang lazim, sejalan dengan tujuan transisi energi dan menciptakan kualitas udara yang lebih baik melalui bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Also Read

[addtoany]

Tags