Lanskap ekonomi global kini diwarnai oleh tren penurunan suku bunga acuan, sebuah langkah strategis yang telah ditempuh oleh bank sentral terkemuka seperti The Federal Reserve (The Fed) di Amerika Serikat dan Bank Indonesia (BI). Kebijakan ini tidak hanya mencerminkan respons terhadap kondisi ekonomi, tetapi juga membuka prospek baru di dunia investasi.
Merespons dinamika ini, Chory Agung Ramdhani, Customer Engagement & Market Analyst Department Head BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS), mengungkapkan bahwa pemangkasan suku bunga acuan membuka peluang cerah bagi aset berisiko, terutama saham. Dengan bunga yang lebih rendah, daya tarik saham meningkat signifikan karena menawarkan potensi imbal hasil yang lebih kompetitif dibandingkan instrumen berbasis bunga. Kendati demikian, Chory juga mengingatkan bahwa gejolak pasar investasi tetap patut diwaspadai akibat faktor-faktor global dan domestik yang masih menghadirkan ketidakpastian.
Bagi investor moderat, strategi yang direkomendasikan adalah melakukan rotasi portofolio secara bertahap, beralih dari obligasi ke saham, seraya tetap menjaga prinsip diversifikasi. Menariknya, instrumen obligasi masih memegang relevansi penting dalam jangka pendek. Penurunan yield obligasi justru membuka celah bagi potensi capital gain, menjadikannya komponen yang tetap perlu diperhitungkan dalam strategi investasi.
Chory menegaskan kepada Kontan pada Jumat (19/9/2025), “Saat ini memang momentum yang baik untuk mulai meningkatkan porsi di saham. Turunnya bunga membuat obligasi baru kurang atraktif, sehingga investor moderat bisa melakukan rebalancing portofolio ke ekuitas.” Namun, ia menekankan agar langkah ini diambil secara bertahap, bukan dengan alokasi penuh, mengingat tingkat ketidakpastian pasar yang masih tinggi. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk tetap mempertahankan sebagian dana pada instrumen likuid, seperti reksadana pasar uang, sebagai bantalan atau penyangga risiko yang efektif.
Alokasi Ideal untuk Portofolio Moderat
Dalam kondisi pasar saat ini, Chory menyarankan alokasi aset yang cermat bagi investor moderat, dengan rincian sebagai berikut:
1. Saham (45%-55%)
Fokuskan pada saham dari sektor-sektor defensif dan perusahaan dengan fundamental yang kuat. Contohnya termasuk consumer staples, perbankan besar, serta sektor telekomunikasi, yang cenderung lebih stabil di tengah gejolak pasar.
2. Obligasi (25%-35%)
Untuk instrumen obligasi, investor disarankan untuk mencermati obligasi pemerintah dengan tenor menengah. Jenis obligasi ini berpotensi memberikan capital gain yang menarik, seiring dengan berlanjutnya tren penurunan suku bunga.
3. Pasar Uang/Instrumen Likuid (25%-35%)
Porsi ini dialokasikan pada instrumen pasar uang atau instrumen likuid lainnya. Tujuannya adalah untuk menjaga fleksibilitas portofolio serta menyediakan kemampuan adaptasi yang cepat dalam menghadapi dinamika dan volatilitas pasar yang tidak terduga.
Chory menambahkan bahwa komposisi portofolio investasi ini bersifat dinamis dan dapat disesuaikan secara berkala setiap kuartal, tergantung pada perkembangan dinamika makroekonomi serta pergerakan aliran dana asing. Untuk investor moderat, target imbal hasil yang realistis dalam kurun waktu 12 bulan ke depan diperkirakan berada di kisaran 8% hingga 12% per tahun, sebuah proyeksi yang menawarkan optimisme dengan pijakan yang kuat.
Ringkasan
Penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral global, seperti The Federal Reserve dan Bank Indonesia, membuka peluang investasi menarik pada aset berisiko seperti saham. Chory Agung Ramdhani dari BRI Danareksa Sekuritas menyatakan bahwa bunga yang lebih rendah membuat saham lebih atraktif dengan potensi imbal hasil kompetitif. Meskipun demikian, ia mengingatkan investor untuk tetap waspada terhadap gejolak pasar yang masih menghadirkan ketidakpastian.
Bagi investor moderat, direkomendasikan rotasi portofolio bertahap dari obligasi ke saham, sambil tetap menjaga diversifikasi dan mempertahankan instrumen likuid sebagai penyangga risiko. Alokasi ideal yang disarankan mencakup 45%-55% pada saham sektor defensif, 25%-35% pada obligasi pemerintah tenor menengah, dan 25%-35% pada instrumen pasar uang. Komposisi ini bersifat dinamis dan dapat disesuaikan, dengan target imbal hasil realistis 8%-12% per tahun dalam 12 bulan ke depan.





