BBCA Rebound! Saham BBCA Kembali Sentuh Rp 8.000 Hari Ini

H Anhar

Heyyoyo.com – Portal Teknologi, Review, Otomotif, Finansial JAKARTA. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali menunjukkan taringnya. Pada sesi I perdagangan Senin (15/9/2025), harga saham BBCA berhasil kembali ke level Rp 8.000 per saham, setelah sempat berfluktuasi bahkan menyentuh titik terendah di Rp 7.525 per saham pada pekan sebelumnya.

Momentum positif ini tampaknya dipicu oleh gelaran pubex yang diadakan manajemen BBCA pada Kamis (11/9). Sejak saat itu, harga saham BBCA terus konsisten bergerak di zona hijau. Pada hari pubex tersebut, saham BBCA ditutup menguat 0,64% ke level Rp7.850, dan tren positif ini berlanjut hingga akhir pekan lalu.

Pada sesi pertama perdagangan Senin (15/9), BBCA mencatatkan kenaikan sebesar 0,95% dari harga penutupan akhir pekan lalu, mencapai Rp 8.000. Meskipun demikian, pergerakan intraday menunjukkan bahwa BBCA sempat menyentuh level tertinggi di Rp 8.100 per saham, mengindikasikan optimisme pasar terhadap kinerja bank swasta terbesar di Indonesia ini.

Ini Langkah BCA Salurkan Kredit Keberlanjutan

Dalam public expose yang digelar, manajemen BCA memaparkan fundamental bank yang solid, yang didukung oleh pertumbuhan dana murah dan likuiditas yang berlimpah. Kondisi ini menjadi daya tarik utama bagi investor.

Lebih detail, dalam materi pubex dijelaskan bahwa posisi dana murah BCA, yang terdiri dari tabungan dan giro (Current Account Saving Account/CASA), mencapai Rp982,1 triliun per Juni 2025. Angka ini menunjukkan pertumbuhan CASA yang signifikan, yaitu sebesar 7,3% secara year-on-year (yoy), melampaui rata-rata pertumbuhan industri perbankan secara keseluruhan.

Total Dana Pihak Ketiga (DPK) BBCA juga mencatatkan kinerja positif, menembus angka Rp 1.189,8 triliun dengan pertumbuhan sebesar 5,7% yoy. Meskipun pertumbuhan DPK berada di level single digit, BCA tetap menunjukkan kemampuan likuiditas yang kuat. Hal ini memungkinkan BCA untuk menyalurkan kredit secara ekspansif, tercermin dari rasio kredit terhadap DPK (Loan to Deposit/LDR) yang sehat di level 78%.

Analis perbankan dari KB Valbury Sekuritas, Akhmad Nurcahyadi, dalam riset terbarunya yang diterbitkan pada 25 Agustus 2025, menyoroti ketahanan BCA dalam menghadapi potensi perlambatan kredit dan peningkatan biaya kredit atau pencadangan. Menurutnya, langkah proaktif BCA dalam memperkuat neraca melalui penambahan pencadangan merupakan langkah yang bijaksana dan dapat mengurangi risiko secara efektif.

“Bank ini secara proaktif memperkuat neracanya melalui tambahan pencadangan, sebuah langkah yang bijak dan kami yakini dapat mengurangi risiko,” ungkap Akhmad dalam risetnya.

Lebih lanjut, Akhmad juga memprediksi bahwa tidak akan terjadi lonjakan kredit macet (NPL) yang signifikan, berkat kualitas aset BCA yang solid. Selain itu, bisnis perbankan transaksional yang kuat serta ekosistem yang terintegrasi dengan baik akan membantu BCA dalam menjaga biaya dana (COF) tetap terkendali.

BBCA Chart by TradingView

Sementara itu, analis dari Samuel Sekuritas, Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman, juga memberikan respons positif terhadap kinerja semester I BBCA. Dalam riset yang mereka publikasikan pada Juli 2025, mereka menilai bahwa BCA memiliki pedoman kinerja yang moderat, dengan target pertumbuhan kredit sebesar 7-8% untuk tahun ini.

Namun, dengan melihat kinerja yang telah dicapai sepanjang semester I-2025, keduanya optimistis bahwa target pertumbuhan kredit tersebut dapat terlampaui. Hal ini didukung oleh fundamental yang kuat dan kemampuan BCA dalam menjaga kualitas aset.

Aspek lain yang menjadi perhatian analis Samuel Sekuritas adalah peningkatan Net Interest Margin (NIM) sebesar 10 basis poin secara tahunan menjadi 5,8%, sejalan dengan panduan sepanjang tahun sebesar 5,7–5,8%. Peningkatan ini didukung oleh rasio CASA yang tinggi, yaitu 83,4%, jauh di atas rata-rata industri yang berada di sekitar 65%.

“Bank merevisi panduan biaya kredit (CoC) menjadi 30–50bps (sebelumnya 30bps), menunjukkan sikap kehati-hatian yang berkelanjutan,” tulis laporan riset tersebut, menggarisbawahi komitmen BCA terhadap pengelolaan risiko yang prudent.

Baik KB Valbury maupun Samuel Sekuritas sama-sama memberikan rekomendasi beli untuk saham BBCA. Akhmad Nurcahyadi dari KB Valbury menargetkan harga saham BBCA di Rp 11.080 per saham, atau setara dengan 4,8 kali Price to Book Value (PBV) untuk tahun 2025. Sementara itu, Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman dari Samuel Sekuritas menargetkan harga saham BBCA di Rp 10.000 per saham, atau setara dengan 4,2 kali PBV.

Ringkasan

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berhasil kembali ke level Rp 8.000 per saham pada sesi I perdagangan Senin (15/9/2025), setelah sempat menyentuh titik terendah Rp 7.525 pada pekan sebelumnya. Momentum positif ini dipicu oleh gelaran public expose (pubex) yang diadakan manajemen BBCA pada Kamis (11/9). Dalam pubex tersebut, manajemen memaparkan fundamental bank yang solid, didukung oleh pertumbuhan dana murah (CASA) dan likuiditas berlimpah.

Per Juni 2025, dana murah BCA mencapai Rp 982,1 triliun dengan pertumbuhan 7,3% yoy, melampaui rata-rata industri. Analis perbankan dari KB Valbury Sekuritas dan Samuel Sekuritas memberikan rekomendasi beli untuk saham BBCA, menyoroti ketahanan bank dalam menghadapi perlambatan kredit, kualitas aset yang solid, serta peningkatan Net Interest Margin (NIM) yang didukung rasio CASA tinggi. Mereka juga mengapresiasi langkah BCA dalam memperkuat neraca dan pengelolaan risiko yang prudent.

Also Read

[addtoany]

Tags