JAKARTA. Kinerja gemilang PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) pada semester I 2025 tercatat signifikan, didorong oleh lonjakan utilitas dari Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE). Utilitas kawasan industri terintegrasi ini melonjak drastis hingga 315% secara tahunan (YoY), mencapai angka Rp 311 miliar.
JIIPE, yang merupakan proyek patungan antara AKRA dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), adalah sebuah kawasan industri seluas 2.167 hektare yang strategis berlokasi di Gresik, Jawa Timur. Kontribusi utilitas JIIPE ini menjadi pendorong utama, menyumbang 19% dari total laba bruto AKRA di semester pertama 2025 yang tercatat Rp 1,95 triliun.
Menurut Ignatius Teguh Prayoga, Head of Investor Relations AKRA, saat paparan publik pada Selasa (9/9/2025), saat ini terdapat tiga ekosistem industri utama yang telah beroperasi di JIIPE. Ketiga ekosistem tersebut meliputi ekosistem tembaga dan logam, ekosistem industri kaca, serta ekosistem industri kimia yang terus berkembang pesat.
Ekosistem tembaga dan logam memiliki kapasitas produksi yang impresif, mampu menghasilkan 600.000 ton katoda tembaga, 35 ton hingga 50 ton emas, 100 ton hingga 150 ton perak, dan 1,8 juta ton asam sulfat. Produk tembaga ini diserap oleh PT Hailiang Nova Material, sementara emas yang dihasilkan ditampung oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), menegaskan peran vital JIIPE dalam rantai pasok nasional.
Di sisi lain, ekosistem industri kaca menempati area seluas 98,5 hektare dengan kapasitas produksi harian antara 1.100 ton hingga 2.200 ton. Investasi yang digelontorkan untuk ekosistem ini mencapai US$ 700 juta, menunjukkan skala besar dan potensi pertumbuhan di kawasan industri Gresik ini. Sementara itu, ekosistem industri kimia, salah satu klaster yang berkembang pesat di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, telah menarik dua perusahaan besar, Hebang dan Golden Elephant, dalam kurun waktu satu tahun, semakin memperkuat klaster tersebut.
Lebih lanjut, JIIPE juga telah mengoperasikan fasilitas pelabuhan dengan kedalaman 14-16 meter. Pada fase pertama, pelabuhan ini memiliki kapasitas hingga 10 juta ton per tahun. Fasilitas ini menyediakan jalur khusus bagi PT Freeport Indonesia untuk mengangkut hasil tambang dari smelternya. Ignatius membidik, kapasitas pelabuhan ini berpotensi meningkat signifikan hingga 26 juta ton di masa mendatang.
Pada kesempatan yang sama, Suresh Vembu, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan AKRA, menyatakan komitmen perusahaan untuk terus memanfaatkan peluang bisnis, terutama keuntungan yang ditawarkan JIIPE sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Status KEK ini memberikan berbagai fasilitas istimewa, termasuk insentif pajak dan daerah, kemudahan izin lingkungan, perizinan ketenagakerjaan bagi tenaga kerja asing yang lebih sederhana, relaksasi ekspor-impor, serta hak guna bangunan hingga 80 tahun.
Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, AKRA berupaya menekan biaya produksi bagi para tenant-nya. Strategi ini diwujudkan melalui integrasi pelabuhan dengan kawasan industri, memastikan ketersediaan barang untuk produksi di dalam kawasan secara langsung. Dengan langkah-langkah ini, AKRA menargetkan investasi di JIIPE lebih dari Rp 237,86 triliun dan penciptaan lapangan kerja bagi sekitar 199.818 ribu orang.
Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, menilai AKRA memiliki prospek yang kuat didukung oleh permintaan pertambangan yang stabil. Menurutnya, JIIPE berpotensi menjadi katalis utama, terutama dengan hadirnya 18 proyek hilirisasi strategis, termasuk investasi Rp 19,2 triliun untuk fasilitas produksi copper rod, wire, dan tube yang langsung berlokasi di JIIPE. Hal ini diprediksi akan mendorong permintaan lahan industri dan utilitas JIIPE secara signifikan. Sukarno juga menambahkan bahwa neraca keuangan AKRA sangat sehat, ditandai dengan kas besar dan net gearing negatif, memberikan ruang bagi perusahaan untuk berekspansi lebih agresif.
Meskipun demikian, AKRA tetap dihadapkan pada tantangan seperti volatilitas harga komoditas, ketatnya persaingan dalam distribusi BBM dan bahan kimia, serta ketergantungan pada sektor industri. Risiko hambatan regulasi, fluktuasi nilai tukar rupiah, dan tuntutan terhadap energi ramah lingkungan juga berpotensi menekan margin perusahaan.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Kiwoom Sekuritas merevisi naik proyeksi kinerja AKRA. Pendapatan diperkirakan tumbuh 11% YoY dan laba bersih naik 17,7% YoY, lebih tinggi dari prediksi sebelumnya. Oleh karena itu, Sukarno merekomendasikan buy saham AKRA dengan target harga dalam 12 bulan ke depan sebesar Rp 1.630 per saham, meningkat dari target sebelumnya Rp 1.500. Target ini mencerminkan P/E 12,3 kali dan EV/EBITDA 9,2 kali. Potensi kenaikan didukung oleh prospek positif JIIPE dan ekspansi hilirisasi, meski investor tetap perlu mewaspadai risiko eksternal terkait volatilitas komoditas dan regulasi.
Ringkasan
Kinerja PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) pada semester I 2025 tercatat gemilang, didorong oleh lonjakan utilitas signifikan dari Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE). Kawasan industri terintegrasi seluas 2.167 hektare di Gresik, proyek patungan AKRA dan Pelindo, ini melonjak utilitasnya hingga 315% secara tahunan, menyumbang 19% dari total laba bruto AKRA. JIIPE mengoperasikan tiga ekosistem industri utama—tembaga dan logam, kaca, serta kimia—serta fasilitas pelabuhan dengan kapasitas besar. Statusnya sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) menawarkan berbagai insentif, menarik investasi triliunan rupiah, dan menargetkan penciptaan ratusan ribu lapangan kerja.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia menilai AKRA memiliki prospek kuat, didukung permintaan pertambangan yang stabil dan peran katalis JIIPE. Kehadiran 18 proyek hilirisasi strategis, termasuk investasi Rp 19,2 triliun untuk produksi tembaga di JIIPE, diprediksi akan mendorong permintaan lahan dan utilitas secara signifikan. Dengan neraca keuangan yang sehat, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan “buy” saham AKRA dengan target harga Rp 1.630 per saham, merevisi naik proyeksi pendapatan dan laba bersih perusahaan. Investor tetap perlu mewaspadai risiko seperti volatilitas harga komoditas dan perubahan regulasi.