Heyyoyo.com – Portal Teknologi, Review, Otomotif, Finansial Portal Teknologi, Review, Otomotif, Finansial – , JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat kini secara serius mengeksplorasi potensi kepemilikan saham di perusahaan pertahanan dan sektor industri strategis lainnya. Langkah ini menyusul keberhasilan akuisisi 10% saham di raksasa chip, Intel Corp., sebuah manuver yang mengejutkan pasar dan menandai strategi ekonomi baru di Washington.
Pembahasan mendalam mengenai industri pertahanan menjadi sorotan utama. Menurut Lutnick, salah satu tokoh yang terlibat dalam diskusi tersebut, ada perdebatan besar mengenai skema serupa yang dapat diterapkan pada perusahaan-perusahaan yang sangat diuntungkan dari kebijakan pemerintah, termasuk sektor pertahanan. Isu ini mencuat terkait potensi pemerintahan Donald Trump periode mendatang untuk mengimplementasikan kebijakan semacam ini.
Secara spesifik, Lutnick menyoroti Lockheed Martin Corp., dengan menyatakan bahwa sebagian besar pendapatan perusahaan tersebut berasal langsung dari kontrak pemerintah AS. Ia bahkan menyebut Lockheed Martin pada dasarnya adalah perpanjangan tangan dari pemerintah Amerika Serikat sendiri. “Mereka membuat persenjataan yang sangat canggih. Pertanyaannya: apa nilai ekonominya?” tegas Lutnick, yang mengindikasikan perlunya penilaian ulang terhadap kontribusi ekonomi dari sektor tersebut.
Pakar menambahkan, nilai ekonomi pada sektor krusial ini akan dikaji secara mendalam oleh Menteri Pertahanan dan Wakil Menteri Pertahanan AS. “Tapi saya katakan, kita perlu banyak pembahasan tentang bagaimana membiayai akuisisi persenjataan kita,” imbuhnya, menekankan pentingnya transparansi dan keuntungan bagi pembayar pajak.
Berdasarkan dokumen resmi, sekitar 73% dari penjualan bersih Lockheed Martin tahun lalu berasal dari kontrak pemerintah AS. Perusahaan keamanan dan kedirgantaraan terkemuka ini merupakan pemasok utama militer AS, memproduksi jet tempur canggih seperti F-35 dan F-22. Lockheed Martin sendiri dalam pernyataan tertulis menegaskan komitmennya untuk terus bekerja sama dengan pemerintahan Trump demi memperkuat pertahanan nasional.
: Resmi, Trump Umumkan Pemerintah AS Akuisisi 10% Saham Intel
Sementara itu, para juru bicara dari perusahaan pertahanan besar lainnya seperti Boeing Co., RTX Corp., dan General Dynamics Corp. memilih untuk tidak berkomentar terkait pernyataan Lutnick maupun kemungkinan pembahasan dengan pemerintah. Di sisi lain, Northrop Grumman Corp. dan SAIC belum memberikan tanggapan resmi.
Pernyataan Lutnick ini segera memicu lonjakan saham kontraktor pertahanan AS. Saham Lockheed Martin naik signifikan hingga 1,7%, mencatat kenaikan intraday terbesar dalam hampir dua pekan, sedangkan Northrop Grumman menguat 1,2%, mencerminkan reaksi positif pasar terhadap prospek dukungan pemerintah.
Komentar ini muncul setelah kesepakatan monumental pada Jumat lalu, di mana pemerintah AS mengakuisisi hampir 10% saham di Intel. Langkah ini diambil guna menyelamatkan raksasa chip tersebut dari tantangan ekonomi. Melalui kesepakatan tersebut, Washington menerima 433,3 juta saham biasa Intel senilai US$8,9 miliar, yang didanai melalui hibah US Chips and Science Act dan program Secure Enclave. Ditambah dengan US$2,2 miliar dana sebelumnya, total investasi pemerintah mencapai US$11,1 miliar.
: Trump Hentikan Proyek Turbin Angin, Investasi Energi Terbarukan AS Turun 36%
Intel sendiri menegaskan bahwa pemerintah akan bertindak sebagai pemegang saham pasif, tanpa kursi di dewan direksi maupun hak tata kelola perusahaan. Meskipun demikian, langkah ini mengejutkan Wall Street dan Washington, dan secara luas dianggap sebagai penanda strategi ekonomi baru Presiden Donald Trump di periode keduanya.
Juru bicara Gedung Putih, Kush Desai, menegaskan bahwa pemerintahan Trump akan terus mengeksplorasi kesepakatan serupa. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pembayar pajak Amerika Serikat mendapatkan manfaat optimal dari setiap investasi pemerintah. “Dari perjanjian dagang hingga kesepakatan damai, Presiden Trump secara konsisten menjaga keamanan nasional dan ekonomi, sembari memastikan kesepakatan terbaik bagi pembayar pajak Amerika,” kata Desai.
Dalam wawancara yang sama, Lutnick juga menyinggung potensi pendanaan pemerintah bagi universitas yang menghasilkan paten. Selain itu, ia membahas dukungan terhadap rantai pasok AS bagi perusahaan yang sangat bergantung pada magnet tanah jarang, yang saat ini mayoritas dikuasai oleh China.
Sebelumnya, Departemen Perdagangan AS bahkan sempat mengancam program riset di Harvard University yang didanai federal, termasuk hak kekayaan intelektual yang dihasilkan, menunjukkan fokus pemerintah pada kontrol dan keuntungan dari investasi.
: Trump Sebut Meta Bangun Pusat Data Raksasa di AS Senilai Rp814 Triliun
Meski menepis kemungkinan pemerintah AS akan mengambil ekuitas besar-besaran di sektor swasta secara umum, Lutnick dengan tegas menyoroti manfaat kesepakatan Intel bagi pembayar pajak. “Kalau perusahaan AS mendapat investasi pemerintah, wajar bila pemimpin menuntut kesepakatan lebih baik. Mari dapatkan keuntungan dari kesepakatan itu. Anda harus menekan mereka, jangan jadi pihak yang lemah,” ujarnya, mengakhiri wawancara dengan pesan kuat tentang perlunya keuntungan timbal balik dalam investasi publik.
Ringkasan
Pemerintah Amerika Serikat mulai serius mengeksplorasi kepemilikan saham di perusahaan pertahanan dan industri strategis, diawali dengan akuisisi 10% saham di raksasa chip Intel Corp. Senilai total $11,1 miliar, langkah ini diambil untuk menyelamatkan Intel dan menandai strategi ekonomi baru yang menekankan manfaat bagi pembayar pajak dari investasi pemerintah.
Diskusi meluas mengenai penerapan skema serupa pada perusahaan pertahanan, seperti Lockheed Martin yang 73% pendapatannya dari kontrak pemerintah AS. Pemerintahan Donald Trump diperkirakan akan melanjutkan kebijakan ini untuk memastikan keuntungan optimal bagi pembayar pajak Amerika, yang juga memicu kenaikan saham kontraktor pertahanan.