IPO Sukses, CHEK Genjot Ekspansi Genomik & Target Pendapatan 40%

H Anhar

JAKARTA – PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK), emiten distributor alat kesehatan terkemuka, telah resmi tercatat sebagai perusahaan ke-19 di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2025. Dengan langkah signifikan ini, CHEK menegaskan kesiapannya untuk melaju kencang, menancapkan ekspansi ambisius di pasar domestik maupun internasional setelah debutnya pada 10 Juli 2025 lalu.

Dalam penawaran umum perdana (IPO) ini, CHEK melepas 815 juta saham baru, yang merepresentasikan 20,04% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh. Saham tersebut ditawarkan dengan harga menarik di kisaran Rp 120 hingga Rp 140 per lembar, berhasil menghimpun dana segar antara Rp 97,8 miliar hingga Rp 114,1 miliar. Injeksi modal ini menjadi landasan kuat bagi berbagai inisiatif strategis perseroan ke depan.

Seusai perhelatan IPO, Direktur Utama CHEK, F.X. Yoshua Raintjung, mengungkapkan visi perseroan untuk berfokus pada pengembangan produk-produk genomik. Teknologi canggih ini memiliki potensi besar dalam membantu identifikasi bakat penyakit pada setiap individu, membuka peluang baru dalam deteksi dini dan pencegahan. Selain itu, CHEK juga akan aktif terlibat dalam berbagai proyek pengadaan alat kesehatan berskala besar, memperkuat posisinya di ekosistem kesehatan nasional.

Berdasarkan prospektus perusahaan, CHEK mengoperasikan dua lini usaha utama: diagnostik klinis (clinical diagnostic) dan ilmu hayati (life science). Segmen diagnostik klinis menyediakan berbagai produk esensial untuk deteksi, diagnosis, dan pemantauan penyakit pada manusia, sementara segmen ilmu hayati berkonsentrasi pada produk-produk yang mendukung kebutuhan laboratorium, riset ilmiah, dan aplikasi praktis sehari-hari. Mayoritas produk alat kesehatan yang didistribusikan CHEK merupakan perangkat canggih dari merek-merek global terkemuka seperti Bio-Rad, Siemens, dan Thermo Fisher, menegaskan komitmen perseroan terhadap kualitas dan inovasi.

Sebagai entitas publik, CHEK akan mengalokasikan dana segar dari IPO untuk memperkuat modal kerja, mencakup pembiayaan operasional, pembelian barang dagangan, biaya logistik, administrasi kantor, penjualan, dan sewa. Lebih dari itu, sebagian besar dana ini juga diarahkan untuk partisipasi aktif dalam proyek pengadaan strategis yang digagas oleh Kementerian Kesehatan Indonesia, termasuk program Strengthening Indonesia’s Healthcare Referral Network (SIHREN), Strengthening of Primary Healthcare in Indonesia (SOPHI), dan Indonesia Public Laboratory System Strengthening (In-PLUS).

Nilai total pengadaan proyek-proyek ini diperkirakan mencapai Rp 100 miliar. Hingga pertengahan Juni 2025, CHEK telah berhasil memenuhi syarat administrasi awal (eligible) untuk beberapa proyek, meskipun tahap negosiasi harga dan penetapan pemenang masih berlangsung. Sebagai contoh, dalam program SOPHI, CHEK telah merampungkan pengajuan dokumen penawaran untuk produk suction pump portable pada 4 Juni 2025. Di sisi lain, perseroan juga tengah bersaing dalam tender produk kesehatan HPV-DNA dengan merek DB-XACT yang terdaftar di e-Katalog LKPP, di mana produk ini telah diakui sebagai alat kesehatan dalam negeri (AKD) dan CHEK menempati peringkat ketiga dalam proses seleksi. F.X. Yoshua Raintjung menegaskan, sekitar 70% dari dana IPO akan dialokasikan secara dominan untuk membiayai proyek-proyek strategis ini.

Strategi Perusahaan

CHEK telah membuktikan dominasinya dengan menguasai 33% pangsa pasar untuk produk pemeriksaan HbA1c merek Bio-Rad, yang esensial dalam deteksi diabetes. Lebih dari 1,56 juta tes telah dilakukan menggunakan alat kesehatan yang didistribusikan oleh perseroan, menunjukkan kepercayaan pasar yang tinggi. Keunggulan ini diperkuat dengan jalinan kerja sama strategis bersama prinsipal internasional terkemuka, termasuk Bio-Rad, perusahaan penyedia alat diagnostik klinis dari Amerika Serikat, yang menandai komitmen CHEK terhadap kualitas dan teknologi mutakhir.

Jaringan pelanggan CHEK sangat luas dan beragam, meliputi rumah sakit pemerintah dan swasta, laboratorium klinik, berbagai instansi, universitas, balai riset, hingga kementerian. Untuk lini usaha ilmu hayati, perseroan dipercaya oleh nama-nama besar seperti Indofood, Charoen Pokphand, dan Kimia Farma. Jangkauan distribusi produk CHEK pun telah meluas secara signifikan, mencakup Jabodetabek, Jawa, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Kalimantan, Bali, dan Sulawesi, didukung oleh jaringan subdistributor yang kuat. F.X. Yoshua Raintjung menambahkan, perseroan terus memperluas pangsa pasar dengan proaktif memasuki sektor dinas kesehatan provinsi dan kota melalui mekanisme tender cepat.

Berkat implementasi strategi yang terencana, CHEK sukses membukukan pendapatan sebesar Rp 78,31 miliar pada Semester I 2025, melonjak 26,69% dari Rp 61,81 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong oleh kontribusi positif dari kedua segmen usaha, dengan segmen ilmu hayati menunjukkan peningkatan yang solid dari Rp 6,98 miliar menjadi Rp 9,93 miliar. Lebih membanggakan, di periode yang sama, CHEK berhasil membalikkan kerugian Rp 1,46 miliar pada Semester I 2024 menjadi laba bersih sebesar Rp 5,25 miliar pada Semester I 2025, menandakan efektivitas strategi bisnis dan pengelolaan operasional yang semakin baik.

Menatap akhir tahun 2025, CHEK menargetkan pertumbuhan pendapatan sekitar 40%, dengan proyeksi total pendapatan mencapai Rp 220 miliar, meningkat signifikan dari Rp 154,8 miliar pada tahun sebelumnya. Untuk mempertahankan momentum kinerja, perseroan berkomitmen pada peningkatan efisiensi biaya produksi dan penguatan layanan purnajual. Tak hanya itu, CHEK akan mengintensifkan inovasi produk diagnostik dan genomik, termasuk pengembangan produk OEM (Original Equipment Manufacturer) bersertifikasi TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri). Ekspansi pasar juga akan didorong melalui penambahan sales representative dan subdistributor di kota-kota besar Indonesia, serta penempatan tim teknis di lokasi-lokasi strategis. F.X. Yoshua Raintjung optimis CHEK akan mulai melakukan ekspor produknya dalam kurun waktu dua tahun ke depan.

Berbagai strategi komprehensif ini dirancang tidak hanya untuk mendorong pertumbuhan, tetapi juga sebagai respons adaptif terhadap tantangan bisnis, seperti fluktuasi nilai tukar rupiah dan persaingan pasar yang sangat ketat. Dengan menghadapi lebih dari 4.332 kompetitor di Indonesia, CHEK siap untuk terus berinovasi dan memperkuat posisinya sebagai pemain kunci di industri alat kesehatan nasional.

Ringkasan

PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK) resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 10 Juli 2025 melalui IPO, melepas 815 juta saham dan menghimpun dana segar hingga Rp 114,1 miliar. Dana IPO ini akan dialokasikan untuk memperkuat modal kerja dan membiayai partisipasi dalam proyek pengadaan strategis Kementerian Kesehatan, termasuk program SIHREN, SOPHI, dan In-PLUS, dengan sekitar 70% dana dialokasikan untuk proyek-proyek tersebut. Perseroan juga berencana untuk fokus pada pengembangan produk genomik untuk identifikasi bakat penyakit dan aktif dalam proyek pengadaan alat kesehatan berskala besar.

CHEK, yang bergerak di diagnostik klinis dan ilmu hayati, berhasil membukukan pendapatan Rp 78,31 miliar pada Semester I 2025, naik 26,69%, dan membalikkan kerugian menjadi laba bersih Rp 5,25 miliar. Dengan dominasi 33% pangsa pasar produk HbA1c Bio-Rad, CHEK menargetkan pertumbuhan pendapatan 40% menjadi Rp 220 miliar di akhir 2025. Strategi ke depan mencakup efisiensi biaya, inovasi produk diagnostik dan genomik, serta rencana ekspor dalam dua tahun untuk memperkuat posisinya di pasar.

Also Read

[addtoany]

Tags