Sri Mulyani Ungkap Dominasi AS dalam Aturan Perdagangan Global

H Anhar

Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyoroti bahwa kebijakan tarif resiprokal yang diinisiasi oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah membentuk ulang lanskap perdagangan global. Dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Jumat, 22 Agustus 2025, Sri Mulyani menyatakan bahwa “kita sekarang beroperasi di lingkungan global di mana tarif yang ditetapkan Amerika menjadi rule of the game,” sebuah pengakuan atas dominasi unilateralisme dalam tata niaga internasional.

Menurut Sri Mulyani, kondisi perdagangan global saat ini lebih cenderung tunduk pada dinamika penerapan tarif, menggeser peran mekanisme multilateral seperti World Trade Organization (WTO). Pernyataan penting ini disampaikannya saat memaparkan kinerja positif ekspor Indonesia. Bendahara negara juga menekankan bahwa di tengah ketidakpastian global, momentum ini harus dimanfaatkan untuk memperkuat konsumsi dalam negeri guna mengurangi ketergantungan pada fluktuasi ekonomi global.

Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan dampak kebijakan tarif ini terhadap sejumlah negara. Indonesia, yang dikenai tarif resiprokal sebesar 19 persen, tercatat mengalami defisit perdagangan dengan AS sebesar 19,3 persen pada suatu periode. Gambaran yang lebih ekstrem terlihat pada Cina, yang menghadapi tarif terbesar, yaitu 55 persen, mengalami defisit terdalam dibandingkan negara lain, mencapai 319,1 persen.

Namun, di tengah tantangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat berhasil mencatatkan surplus sebesar US$ 23,6 juta sepanjang periode Januari-Juli tahun ini. Angka ini menandai kenaikan signifikan 44,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang kala itu hanya mencapai US$ 16,3 juta, menunjukkan ketahanan dan performa ekspor Indonesia.

Mengenai besaran tarif resiprokal 19 persen yang dikenakan terhadap Indonesia, Sri Mulyani menambahkan bahwa beberapa negara berkembang lainnya bahkan menghadapi tarif yang lebih tinggi. Ia memberikan contoh Vietnam dengan tarif 20 persen dan Meksiko sebesar 30 persen. Uniknya, India juga dikenai tarif 20 persen untuk komoditas tertentu, terutama sebagai konsekuensi dari keputusan mereka membeli minyak dari Rusia, menyoroti kompleksitas geopolitik di balik kebijakan perdagangan ini.

Pilihan Editor: Risiko Kerugian PGN Akibat Gas Impor Pertamina

Ringkasan

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyoroti bahwa kebijakan tarif resiprokal yang diinisiasi Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump telah mengubah lanskap perdagangan global. Ia menyatakan bahwa tarif yang ditetapkan AS kini menjadi “aturan main,” menggeser peran mekanisme multilateral seperti World Trade Organization (WTO). Pernyataan ini disampaikan saat memaparkan kinerja positif ekspor Indonesia, seraya menekankan pentingnya penguatan konsumsi dalam negeri.

Indonesia dikenai tarif resiprokal 19% dan pada suatu periode sempat mengalami defisit perdagangan 19,3% dengan AS. Namun, neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat berhasil mencatat surplus US$ 23,6 juta sepanjang Januari-Juli tahun ini, menunjukkan kenaikan 44,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Negara-negara lain seperti Cina menghadapi tarif 55%, sementara Vietnam dikenai 20% dan Meksiko 30%.

Also Read

[addtoany]

Tags