Data Bicara: Subsidi Motor Listrik, Efektifkah Dongkrak Pengguna?

H Anhar

PENELITI terkemuka dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Roni Zakaria Raung, memperkenalkan sebuah pendekatan revolusioner untuk memetakan dan memproyeksikan dinamika pasar sepeda motor listrik di Indonesia. Inovasi ini merupakan hasil riset disertasinya yang mendalam, bertajuk “Pengembangan Model Kebijakan Subsidi pada Pasar Sepeda Motor Listrik di Indonesia Menggunakan Simulasi System Dynamics.”

Dalam pemaparannya, Roni menjelaskan bahwa penelitiannya melampaui sekadar evaluasi efektivitas kebijakan pemerintah yang berlaku. Ia telah menyusun 72 skenario kebijakan untuk mengidentifikasi strategi subsidi motor listrik dan insentif yang paling tepat, disesuaikan dengan karakteristik unik pasar domestik Indonesia. Ini adalah langkah krusial dalam mengakselerasi adopsi kendaraan ramah lingkungan.

“Dengan kebijakan subsidi yang ada saat ini, target adopsi motor listrik nasional pada tahun 2030 diperkirakan hanya akan mencapai 15,9 persen,” ujar Roni kepada wartawan saat konferensi pers di UNS Solo pada Rabu, 13 Agustus 2025. “Angka ini menjadi alarm penting bahwa intervensi pemerintah perlu diarahkan ulang secara cermat dan berbasis data yang kuat.”

Penelitian ini mengadaptasi Powertrain Technology Transition Market Agent Model (PTTMAM), sebuah kerangka prediksi pasar yang sebelumnya digunakan untuk kendaraan roda empat. Model ini dimodifikasi secara khusus agar relevan dengan sepeda motor listrik, yang merupakan moda transportasi dominan di Indonesia.

Model yang dikembangkan oleh Roni mempertimbangkan empat aktor pasar atau market agents utama, yaitu pengguna, produsen, penyedia infrastruktur, dan pemerintah. Keempat elemen ini saling berinteraksi dan memengaruhi laju adopsi.

Akurasi pendekatan ini semakin diperkuat melalui integrasi variabel perilaku konsumen, seperti willingness to consider (WTC), total cost of ownership (TCO), gaya hidup, dan kesadaran lingkungan. Pendekatan WTC, khususnya, dinilai lebih efektif dalam menganalisis adopsi teknologi baru seperti sepeda motor listrik, dibandingkan variabel tradisional seperti willingness to buy atau purchase intention.

Model ini dikembangkan menggunakan pendekatan System Dynamics dan divalidasi secara ketat. Proses validasi melibatkan data historis dari tahun 2013-2023, analisis sensitivitas, serta uji skenario ekstrem untuk memastikan keandalannya.

“Model ini bukan hanya bersifat akademis, tetapi juga sangat aplikatif,” tegas Roni. “Ia dapat berfungsi sebagai alat bantu pengambilan keputusan bagi pemerintah, sekaligus menjadi peta jalan atau roadmap strategi bagi produsen dan pemangku kepentingan dalam membangun ekosistem kendaraan listrik nasional yang kokoh.”

Dari 72 skenario yang dijalankan, menggunakan lima jenis kebijakan—yaitu subsidi harga pembelian, subsidi infrastruktur, insentif diskon tarif dasar listrik untuk pengisian daya, penalti emisi karbon, serta subsidi BBM (baik pencabutan maupun mempertahankan)—diperoleh tiga alternatif kombinasi kebijakan terbaik untuk mempercepat pencapaian target 13 juta unit sepeda motor listrik.

Alternatif pertama mengusulkan subsidi pembelian sebesar Rp 12 juta per unit, disertai insentif tarif listrik 30 persen, pencabutan subsidi BBM, dan penalti emisi karbon Rp 1.000 per kilogram CO2, tanpa kewajiban pembangunan charging station di tingkat provinsi.

Alternatif kedua hampir serupa, dengan subsidi pembelian Rp 10,5 juta per unit, insentif tarif listrik 30 persen, pencabutan subsidi BBM, dan penalti Rp 1.000 per kilogram CO2, juga tanpa kewajiban pembangunan charging station di provinsi.

Kemudian, alternatif ketiga atau skenario C, menawarkan subsidi pembelian Rp 7 juta per unit, insentif tarif listrik 30 persen, pencabutan subsidi BBM, dan penalti Rp 1.000 per kilogram CO2, serta tanpa kewajiban pembangunan charging station di provinsi.

“Dari ketiga alternatif kombinasi tersebut, skenario yang paling efisien dalam menekan biaya pemerintah adalah skenario C,” ungkap Roni. “Dengan skenario ini, yang mencakup subsidi pembelian Rp 7 juta dan insentif tarif listrik 30 persen, pencabutan subsidi BBM, penalti emisi karbon Rp 1.000 per kilogram CO2, tanpa kewajiban pembangunan infrastruktur charging station di provinsi, target 13 juta unit sepeda motor listrik diperkirakan dapat tercapai pada tahun 2035.”

Penelitian Roni ini merupakan bagian dari disertasinya dalam rangka memenuhi syarat meraih gelar doktor dari Program Studi Doktor (S3) Teknik Industri Fakultas Teknik (FT) UNS. Ia dinyatakan lulus setelah berhasil mempertahankan disertasinya dalam ujian tertutup pada 31 Juli 2025, sesuai dengan ketentuan akademik UNS tanpa melalui sidang terbuka.

Hasil riset penting ini juga telah dipublikasikan dalam jurnal internasional bereputasi Q1, Transportation Research Interdisciplinary Perspectives, dengan judul “Scenario Analysis of Subsidy Policies on Electric Motorcycle Market in Indonesia Using System Dynamics Simulation.”

Ringkasan

Peneliti Roni Zakaria Raung dari UNS Solo mengembangkan model revolusioner untuk memetakan dinamika pasar sepeda motor listrik di Indonesia, mengidentifikasi 72 skenario kebijakan subsidi. Penelitian ini mengadaptasi Powertrain Technology Transition Market Agent Model yang mempertimbangkan interaksi empat aktor pasar dan variabel perilaku konsumen. Ia menemukan bahwa dengan kebijakan saat ini, target adopsi motor listrik nasional pada tahun 2030 hanya akan mencapai 15,9 persen, menandakan perlunya reformasi kebijakan. Model ini divalidasi dengan data historis dan dirancang sebagai alat bantu keputusan bagi pemerintah serta pemangku kepentingan.

Melalui simulasinya, Roni mengidentifikasi tiga kombinasi kebijakan terbaik untuk mengakselerasi target 13 juta unit motor listrik. Skenario paling efisien melibatkan subsidi pembelian sebesar Rp 7 juta per unit, insentif tarif listrik 30 persen, pencabutan subsidi BBM, dan penalti emisi karbon Rp 1.000 per kilogram CO2. Dengan skenario ini, target 13 juta unit sepeda motor listrik diperkirakan dapat tercapai pada tahun 2035. Hasil riset ini diharapkan dapat menjadi panduan strategis dalam membangun ekosistem kendaraan listrik nasional.

Also Read

[addtoany]

Tags